Nakita.id - Ketika Si Kecil mulai bertambah usia, orangtua pasti akan menghadapi kondisi anak yang mulai menyukai teman sepermainannya.
Terlebih ketika Si Kecil sudah mulai memasuki fase pubertas, sangat memungkinkan Si Kecil akan mulai menyukai lawan jenisnya.
Nantinya anak akan mulai mencoba untuk menjalin hubungan spesial dengan teman sepermainannya tersebut.
Nah, ketika orangtua menghadapi hal ini maka apa yang harus dilakukan?
Baca Juga: 3 Tips Untuk Orangtua Agar Tidak Canggung atau Malu Untuk Bahas Pendidikan Seksual Pada Anak
Apa yang harus orangtua jelaskan agar hubungan spesial anak tidak menyimpang ke hal-hal berisiko?
Memahami kekhawatiran orangtua, seorang psikolog anak dan remaja Gisella Tani Pratiwi, M. Psi., Psikolog dalam wawancaranya bersama Nakita.id menjelaskan hal-hal yang harus orangtua lakukan ketika anak mulai menyukai lawan jenis.
Sebelum menjelaskan langkah yang harus diambil orangtua, Gisella Tani Pratiwi atau yang akrab dipanggil Ella menyinggung perihal nilai dan standar yang dipercayai setiap orangtua.
"Misalnya banyak keluarga yang punya patokan usia yang berbeda-beda dalam membolehkan anaknya punya teman spesial atau pacaran"
"Atau bahkan di keluarga tertentu tidak boleh punya pacar jadi teman dekat aja dulu kalau udah waktunya usia menikah disebutnya pacar atau gimana," jelas Ella.
Nah, ketika Moms dan Dads mengetahui anak mulai menaksir teman sepermainannya kembali mengingat terlebih dahulu bagaimana nilai dan patokan yang memang sudah dibentuk dalam keluarga.
Meski setiap keluarga memiliki nilai dan patokannya masing-masing, Ella meminta tiap orangtua tetap mendengarkan ketika anak mulai mengeluarkan pendapatnya.
Baca Juga: Jangan Gunakan Sebutan Pengganti Saat Mengenalkan Nama Alat Kelamin Pada Anak, Ini Risikonya
"Ketika anak masuk masa puber, sangat wajar kalau dia jadi tertarik atau mulai naksir dengan teman main secara spesial," jelas Ella.
Dengan begitu setelah mengetahui nilai dan patokan dalam keluarga, Moms dan Dads perlu berdiskusi dengan anak terlebih dahulu mengenai hal itu.
"Meski ada standard-standard, sampaikan ke anak alasannya apa orangtua punya standard-standard usia tertentu atau penyebutan teman spesialnya itu itu dijelaskan kepada anak," jelas Ella.
Ella menyadari biasanya banyak orangtua yang merasa aneh atau canggung membicarakan hal ini kepada anak.
Terlebih kalau orangtua dan anak memanglah jarang membicarakan hal-hal privasi.
Tetapi Moms bisa mulai menjelaskan bahwa perasaan menyukai lawan jenis memanglah hal yang wajar terjadi.
Moms bisa kasih contoh bahwa mungkin saja teman sepermainan yang tadinya sering kejar-kejaran tetapi kini menjadi timbul rasa yang berbeda.
"Kan kita udah ngobrol tentang perkembangan hormon, pematangan organ seksual. Nah itu biasanya mempengaruhi bagaimana kita memandang teman kita kadang-kadang ada beberapa teman yang lebih spesial melihatnya," ujar Ella mencontohkan cara orangtua menjelaskan kepada anak.
Kemudian setelah menyinggung teman yang lebih spesial, jadikan hubungan di masa lalu Moms dengan Dads menjadi contoh.
Baca Juga: Inilah Usia yang Tepat Untuk Anak Mendapatkan Pendidikan Seksual, Simak Juga Apa yang Harus Dibahas
Setelah orangtua mencoba membuka diskusi dan Si Kecil merasa nyaman membicarakannya, barulah Moms memberi tips menjalin hubungan yang sehat.
"Relasi sehat misalnya tidak ada tindakan-tindakan yang merugikan, saling menghormati satu sama lain, saling mendukung satu sama lain. Kita mulai memberikan tips-tips supaya anak juga paham bahwa relasi yang sehat seperti apa," jelas Ella.
Jangan lupa juga berikan contoh hubungan yang baik antar pasangan di depan anak.
"Sebetulnya tanpa kita memberikan pengalaman yang panjang lebar dia sudah punya pemahamannya juga. Dia sudah menyerap seperti apa sih relasi itu dalam keluarga," jelas Ella.
Bahkan Si Kecil bisa menjadikan orangtua menjadi patokan dirinya mencari pasangan nantinya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR