Nakita.id - Mungkin Moms akan menyadari bahwa memasuki usia 18 bulan, hal-hal sepele mampu menyalakan tombol emosi si kecil atau anak bisa saja marah tanpa sebab.
Contoh Moms menyuguhkan susu di pagi hari dengan menggunakan cangkir yang “salah”, lalu si kecil menjadi marah dan meleparnya.
Atau si kecil akan berteriak saat Moms memaksanya memakai sepatu boots sebelum main hujan-hujanan.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan si kecil?
Anak-anak umumnya lebih gampang marah kala lelah atau mengantuk.
BACA JUGA: Yuk, Catat Resep Bapel Yang Manis Dan Lembut Untuk Sarapan Besok
Saat itu, pekerjaan apa pun jadi terasa sulit, apalagi kalau tekadnya adalah memasukan blok bulat ke dalam lubang persegi.
Hal-hal sepele inilah yang memicu kemarahannya.
Yang suka bikin kesal adalah kadang amukan si kecil datang pada saat-saat yang sulit, seperti ketika sedang fokus menyelesaikan rutinitas pagi, saat di tengah-tengah sesi belanja bulanan, atau sedang menunggu antrean di ruang tunggu dokter.
Lalu apa yang menjadi kesamaan dari situasi-situasi tadi?
Jawabannya, situasi-situasi tadi membuat anak tidak mendapatkan perhatian penuh dari Moms.
Tip & Trik Menghadapinya
Apabila Moms sadar situasi-situasi apa saja yang bisa memicu amarah si kecil, maka Moms akan mampu mencegahnya dengan melakukan penyesuaian sedikit atau membuat perencanaan kecil di awal:
- Bangunlah 15 menit lebih awal di pagi hari sehingga Moms tidak diburu-buru melakukan segala tugas pagi.
-Jika Moms harus berbelanja bulanan bersama si kecil, pastikan mereka sudah cukup istirahat dan kenyang sebelum bepergian.
BACA JUGA: Tak Lagi Kehilangan Koper di Bandara, Cara Pria Ini Bisa Ditiru Moms
-Bawa buku bacaan favorit atau benda kesayangan si kecil saat mengajak mereka pergi ke dokter. Benda-benda yang akrab bisa membuat mereka tetap tenang.
-Kalau emosi si kecil ternyata meluap juga, ingatlah bahwa ini “produk” normal dari fase pertumbuhan si kecil. Jadi nikmati saja dan tidak perlu dibawa stres.
Punya benda atau kebiasaan yang menenangkan
Bagi batita, mainan favorit bisa menjadi “obat” penenang yang jitu.
Si kecil mungkin juga memiliki kebiasaan yang bisa menenangkan mereka, seperti memilin rambut, menghisap jempol, atau bergoyang-goyang.
Kebanyakan anak akan secara alami menghilangkan kebiasaan ini saat mereka menginjak usia empat tahun, jadi Moms tidak perlu khawatir kebiasaannya itu akan keterusan.
Belajar berbagi untuk si 18 bulan
Tidak akan ada istilah ‘punya kamu’ dalam kamus batita, yang ada semuanya ‘milik saya’.
Dari kunci mobil, sepatu ayah, mainan sepupu, atau perosotan di taman bermain, di mata anak usia 18 bulan semua adalah miliknya sendiri.
BACA JUGA: Wah, Begini Cara Menghilangkan Kapalan di Kulit Secara Alami
Moms bisa membantu anak mengerti arti kata berbagi dengan memberikan mereka pujian ketika mereka meminjamkan mainannya kepada anak lain atau membiarkan anak lain menggunakan perosotan duluan.
Ketika membacakan buku atau menonton video, tunjukkan gambar yang bisa memberikan contoh dari arti kata “berbagi”.
Berusahalah untuk tidak memarahi si kecil saat mereka tidak mau melakukannya, kadang dengan hanya memberi tahu betapa sulitnya berbagi akan membuat mereka lebih ingin melakukannya.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Gisela Niken |
Editor | : | Gisela Niken |
KOMENTAR