Professor ahli gizi yaitu Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc menyebutkan bahwa 1 dari 3 anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia menderita anemia.
Dan 50-60% kasus anemia disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi.
Tak hanya anemia, Prof. Saptawati menyebutkan bahwa zat besi juga bisa mendukung perkembangan otak untuk mempercepat penyerapan informasi sehingga proses belajar akan meningkat.
Di samping itu, zat besi juga menjadi salah satu nutrisi dalam pembentukan hemoglobin yang nantinya diedarkan ke seluruh tubuh sehingga anak bisa aktif berekplorasi dan siap belajar.
Ketika anak mengalami kekurangan zat besi bisa ditandai dengan mudah lelah, sulit menyerap instruksi, kurangnya napsu makan, hingga mengonsumsi makanan yang tidak seharusnya seperti menguyah es batu.
Dan kalau kekurangan asupan zat besi ini diabaikan, Prof. Saptawati menyebutkan Si Kecil akan mengalami penurunan prestasi akademik, gangguan sensorik, gangguan motorik, imunitas menurun, dan pertumbuhan fisik terhambat.
Di usia 1-3 tahu, Prof. Saptawati menyebutkan anak membutuhkan 7 mg zat besi, sementara di usia 3-5 tahun membutuhkan 10 mg.
Dan umumnya asupan zat besi ini mudah ditemukan dari susu sapi.
Tapi kenyataannya, dipaparkan oleh konsultan alergi dan imunologi anak yaitu Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K) menyebutkan bahwa sebanyak 0,5-7,5% anak Indonesia mengalami alergi susu sapi.
Bahkan protein susu sapi menjadi makanan penyebab alergi yang terbesar kedua setelah telur pada anak-anak di Asia.
Kulkas Side by Side New Belleza 4 Pintu dari Polytron, Dirancang Khusus untuk Dukung Tren Gaya Hidup Modern
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Rachel Anastasia Agustina |
KOMENTAR