Nakita.id - Pencatatan dan perencanaan keuangan keluarga sangatlah penting. Tetapi jangan terlalu detail dan kaku agar tidak menimbulkan kecemasan.
"Dalam hal keuangan, istri saya orangnya pelit. Semua uang yang keluar dicatat secara detail dalam buku khusus. Bahkan untuk sebuah tomat seharga 300 perak!" cetus seorang suami pada temannya.
Baca Juga: Tanpa Perlu Marah-marah, Ini Cara Menghadapi Suami Pelit dan Perhitungan
Fenomena ini banyak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari.
Artinya, bapak tersebut ternyata tidak sendirian. Masih banyak istri atau suami yang berperilaku seperti itu.
Buktinya, "Wah iya tuh, bu Menkeu (mentri keungan) di rumah parah. Masa minta dana tambahan untuk beli audio mobil sudah 3 bulan di-pending. Padahal mobil itu kan untuk sama-sama, untuk keluarga." papar Dads lainnya yang ternyata tak habis pikir dengan manajemen keungan istri tercinta di rumah.
Sikap detail dan kaku sorang Moms, tutur Dra. Farida Kurniawati, M.Sp.Ed., bisa dialami oleh siapa pun, baik suami maupun istri.
Psikolog yang juga staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini, mengaku dulunya pun memiliki karakter seperti itu.
Menurutnya, "Kalau mengingatnya, saya ingin tertawa sendiri. Waktu itu saya selalu mencatat pengeluaran sekecil apa pun, bahkan untuk ongkos angkutan kota yang hanya 500 perak," ujarnya geli.
Namun lambat laun ia menyadari tindakan tersebut keliru. "Ngapain diterusin. Buang-buang waktu saja."
Baca Juga: Punya Pasangan yang Pelit? Tak Perlu Khawatir, Ini Cara Menghadapi Pasangan yang Pelit
Perilaku tersebut, tutur psikolog yang akrab disapa Ida, bisa dipengaruhi beberapa faktor.
Salah satunya sikap orang tua yang kaku.
Penting diketahui, sikap orang tua akan melahirkan anak-anak dengan sifat sama, antara lain terlalu ketat dalam mengawasi keuangannya.
Atau bisa juga karena pengaruh lingkungan.
Istri yang dulunya tidak terlalu detail dan kaku, jadi berubah ketika memiliki suami yang juga kaku.
"Mungkin si istri melihat, laporan keuangan yang rapi, detail dan lengkap lebih mudah diatur."
Kepribadian juga turut berpengaruh dalam hal ini.
Berdasarkan sifat, manusia sendiri digolongkan dalam tiga kategori: individu yang fleksibel, yang kaku, dan yang merupakan kombinasi keduanya.
Si fleksibel memiliki ciri easy going mengikuti ke mana pun angin berembus. Target berat seperti tak pernah membebaninya.
Jika ada rencana A yang tidak berhasil, maka dengan mudah digantikannya dengan rencana B. Semuanya serba fleksibel. Semua kejadian dijalaninya santai alias tanpa beban berat.
KONDISI IDEAL
Idealnya, ungkap Ida, kombinasi antara si fleksibel maupun si kaku/si detail mesti jadi acuan.
Di satu sisi pasangan harus bersikap fleksibel, tapi di sisi lain harus ada perencanaan dan target yang jelas.
Sebuah keluarga sebaiknya mengawasi pengeluaran keuangannya agar bisa diatur dan dibatasi.
Dengan begitu, konsep lebih besar pasak daripada tiang bisa dihindarkan.
Rencanakan juga target yang jelas.
Misalnya dalam usia perkawinan ke sekian harus sudah punya rumah atau mobil dan sebagainya.
Akan tetapi buatlah rencana keuangan yang bersifat fleksibel.
Ingat, ada situasi dan kondisi tertentu yang bisa mengacaukan rencana keuangan.
Intinya, jangan jadikan target sebagai beban.
Ambil juga beberapa produk investasi yang berfungsi memproteksi barang atau rencana keuangan, semisal produk asuransi.
Sediakan juga "tabungan siaga" yang merupakan bentuk antisipasi jika ada musibah atau peristiwa yang tidak terduga, seperti PHK, kecelakaan, terkena penyakit kronis, dan lain-lain.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Nakita |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR