Sementara itu, telur konvensional harganya lebih terjangkau disebabkan ayam hidup di dalam kandang yang sempit.
Ini diklaim sebagai cara paling murah dan efisien bagi petani menghasilkan telur dalam jumlah banyak.
Disamping itu, ada alasan lain mengapa telur berlabel organik biasanya memiliki harga lebih mahal.
Telur organik memiliki persyaratan lebih ketat dalam hal perawatan ayam, di antaranya ayam hanya boleh diberi makanan organik, kandang tidak boleh sempit, memiliki akses untuk mengeksplorasi alam bebas dan bebas obat antibiotik.
Namun, Passarrello menegaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara telur biasa dan organik dalam hal gizi.
Jika Moms menginginkan lebih banyak lemak sehat dan tidak terlalu menyukai minyak ikan atau salmon maka dianjurkan untuk membeli telur yang kaya omega 3 sebagai konsumsi sehari-hari.
Telur omega 3 mengandung 400 mg EPA (Eicosapentaenoic Acid) dan omega-3 DHA (Docosahexaenoic Acid), berbeda dengan telur ayam biasa yang kandungannya hanya 40-50 mg.
Selain itu, jika Moms tidak keberatan membeli telur dengan harga lebih mahal, pilihlah telur yang dipasteurisasi dan bebas bakteri salmonella.
Walaupun setiap telur tentu berisiko salmonella, proses pasteurisasi dapat membunuh bakteri yang ada pada cangkang telur.
Jadi tak perlu ragu Moms ingin membeli telur berjenis apa, karena seluruh telur bergizi bergantung bagaimana cara Moms mengolahnya.
National Geographic Indonesia: Dua Dekade Kisah Pelestarian Alam dan Budaya Nusantara
Source | : | Reader's Digest |
Penulis | : | Erinintyani Shabrina Ramadhini |
Editor | : | Saeful Imam |
KOMENTAR