Defensiveness, lanjut Jan, muncul jika yang dihadapi si anak tercatat negatif dalam memorinya. Contohnya, seorang anak yang "menginstal" nasi sebagai sesuatu yang selalu dimuntahkan karena tidak membuatnya nyaman.
Hal tersebut terjadi mungkin karena ia pernah makan nasi basi dan akhirnya sakit. Kemungkinan lain, ia mendapat kesan yang buruk terhadap nasi karena dulu kerap dipaksa makan nasi saat ia tidak mau.
Tak heran kalau si anak akhirnya memunculkan penolakan terhadap nasi. Wujudnya bisa macam-macam, seperti muntah setiap melihat atau makan nasi, menganggap nasi sebagai makanan tidak enak, menyebalkan dan harus dijauhi.
Menurut Adre, munculnya defensiveness bisa juga dipengaruhi oleh informasi atau stimulus yang didapat anak. Adre mencontohkan, "Jangan main sendirian di tempat gelap nanti digondol setan." Atau "Spageti itu ternyata enggak enak. Penampilannya aneh, mirip eek dikerubutin cacing."
BACA JUGA: Mana yang Merupakan Keluarga Asli? Jawabannya Menunjukkan Sosok Moms
Sekalipun anak belum pernah menjumpai atau melihat setan dan spageti seperti apa, tapi karena sudah mendapat masukan seperti itu, saat berada di sebuah ruang gelap ia akan langsung mengasosiasikannya dengan setan. Begitu juga saat anak disuguhi spageti, "Ih, jijik, huek..."
Tak hanya itu saja, pertahanan diri juga bisa muncul karena anak belum mengenali sesuatu yang ditemuinya. Bahasa lainnya, otak anak belum ter-install mengenai sesuatu yang sedang dihadapinya.
MELINDUNGI DIRI
Pada dasarnya, sensory defensiveness merupakan anugerah dari Tuhan yang berfungsi untuk melindungi diri.
Manusia baru bisa dibilang tidak normal jika kerja otaknya tidak beres atau malah sama sekali tidak bekerja. Selain itu, tukas Adre, tanpa sensory defensiveness bagaimana seseorang akan hidup?
Soalnya, tanpa sensory defensiveness, anak tidak tahu siapa dan apa yang harus dia hindari. Anak pun tidak bisa memproteksi diri dari hal-hal yang bisa merugikan/membahayakannya.
Anak-anak yang mempunyai sensory defensiveness, menurut Jan, termasuk dalam kelompok eksperimental. Mereka ini cenderung perfeksionis. Artinya, mereka hanya mau menghadapi dan melakukan apa yang disukainya saja dan apa yang dia yakini baik untuknya.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR