"Orangtua yang agresif atau orangtua yang terlalu memanjakan sehingga anak tumbuh tanpa mengenal aturan, ditambah dengan lingkungan yang juga menunjukkan agresivitas, akan membuat anak tumbuh dengan emosi yang tidak matang," jelasnya.
Akibatnya, kita tidak bisa merasakan empati terhadap orang lain dan sukar untuk berinteraksi di kehidupan sosial.
Kita tidak bisa melihat ada figur lain yang memiliki otoritas dan aturan yang harus dipenuhi.
Sebagai contoh, gagalnya murid melihat guru sebagai figur yang bisa mendisiplinkan, juga aturan yang harus dijalani.
“Ketika berada di situasi terancam, tertekan, atau frustasi, seperti dilarang melakukan ini atau itu, dipermalukan karena dihukum, anak bisa mengeluarkan emosi yang berlebihan karena tidak adanya kemampuan mengontrol emosi. Kenapa tidak bisa? Karena emosinya yang belum matang,” jelas Vera.
Siklus yang Harus Segera Diputus
Berdasarkan penyebab di atas, bisa dilihat siklus yang sama dalam setiap kejadian kekerasan antara siswa terhadap guru.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat grafik berikut:
“Ini merupakan hal yang multidimensional, sehingga kita harus melihat dari semua sisi. Bisa jadi, orang dewasa di sekitar anak juga tidak bisa menunjukkan cara mengelola emosi yang baik, dan anak pun melihat yang sama. Termasuk media masa,” tambah Vera.
BACA JUGA: Inilah Manfaat Tak Terduga yang Akan Dirasakan Bila Moms Mengonsumsi Mentimun
Mengontrol Emosi yang Baik
Source | : | Cewekbanget.id |
Penulis | : | Maharani Kusuma Daruwati |
Editor | : | Kusmiyati |
KOMENTAR