Nakita.id - Kalau berbicara soal kue kering lebaran pasti yang akrab dengan lidah masyarakat Indonesia seperti nastar, kastengels, lidah kucing, putri salju, dan masih banyak lagi.
Alhasil banyak yang bisnis kue kering jelang lebaran serta parsel lebaran juga dipenuhi dengan kue-kue jenis tersebut.
Tapi tahu tidak bahwa kue kering lebaran khas Indonesia di zaman dulu justru bukan jenis itu.
Baca Juga: 5 Cara Simpan Kue Kering Lebaran Agar Renyah Tahan Lama, Dijamin Tidak Melempem!
Orang Indonesia zaman dulu ternyata punya kue kering lebaran tersendiri.
Sebenarnya kue kering lebaran sejak zaman dulu masih ada hingga sekarang.
Tapi sayangnya kue kering lebaran khas Indonesia di zaman dulu sudah kalah dengan nastar, kastengels, dan kue-kue lainnya.
Lalu seperti apa kue kering lebaran khas Indonesia di zaman dulu?
Seorang sejarahwan kuliner yaitu Fdly Rahman menyebutkan bahwa kue kering lebaran ada di Indonesia dimulai sejak zaman kolonial Belanda.
Dan kue kering lebaran yang dikenal saat ini bukanlah khas Indonesia tetapi Eropa.
"Dulu masyarakat Indonesia menyajikan kudapan-kudapan daerah seperti yang kita kenal sekarang saat lebaran seperti apem, opak, rengginang," jelas Fadly yang dikutip dari kompas.com.
Tapi sayangnya kudapan tersebut tertutup dengan kue kering lebaran yang tren saat ini.
"Namun mereka berada di belakang bayang-bayang kue-kue Eropa ya seperti kastengel, nastar yang sering kita jumpai sekarang yang dianggap lebih modern, lebih trendy," ucapnya.
Fadly menyebutkan bahwa kue kering lebaran seperti yang saat ini sering disantap pertama kali diproduksi justru oleh orang Belanda.
"Bagaimana prosesnya bisa menjadi hidangan lebaran ini tidak bisa dilepaskan dari interaksi sosial budaya masyarakat Bumi Putrera, masyarakat Islam Indonesia, dengan orang-orang Eropa," jelasnya.
Dan di abad ke 19-20, Fadly menyebutkan bahwa banyak hal yang diserap oleh masyarakat Indonesia dari kebudayaan Eropa yang salah satunya kue kering lebaran.
"Diantaranya aneka ue yang secara nama saja itu bukan nama Indonesia begitu," ucapnya.
Fadly menceritakan bagaimana penyajian kue kering lebaran di zaman kolonial.
Rupanya kue kering lebaran dulunya bisa menjadi penanda derajat sosial seseorang.
Hanya orang menengah ke atas yang menyajikan kue kering lebaran karena sudah enggan menyajikan makanan Indonesia seperti tepung beras, tepung ketan, dan lainnya.
"Masyarakat Indonesia mulai merasa kue tradisional itu teksturnya lengket, kemudian tidak awet. Tapi kalau kue-kue kering disajikan berhari-hari berminggu-minggu pun akan tetap awet untuk disajikan termasuk dalam momen lebaran," ujar fadly.
Seiring berubahnya zaman, kini orang dari kalangan mana pun tanpa pandang status sosial sudah bisa merasakan kue kering lebaran seperti nastar, kastengels, dan lain sebagainya.
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Rachel Anastasia Agustina |
KOMENTAR