Nakita.id - Tanpa disadari, kadang kita menebar racun bagi diri sendiri.
"Begitu banyak bahan beracun dan berbahaya di sekitar kita yang ternyata bisa dengan mudah membahayakan kesehatan. Biasanya bahaya datang karena kita tak tahu cara menggunakan suatu bahan dengan semestinya," ujar Dr. rer.nat. Budiawan, dari Direktur Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan, FMIPA-Universitas Indonesia.
BACA JUGA: Hati-hati Membersihkan Perlengkapan Bayi. Salah Pilih Fatal Akibatnya
Mau bukti? Inilah contohnya:
1. Penggunaan deterjen secara berlebihan untuk mendapatkan busanya. Padahal, banyaknya busa tak ada kaitannya dengan bersihnya baju yang dicuci.
2. Mencuci sayur dan buah-buahan dengan sabun pembersih boleh saja dilakukan. Namun kemudian harus dibilas bersih-bersih dengan air matang, dua atau tiga kali. Biar bagaimanapun, sabun pembersih mengandung bahan kimia sintetis yang seharusnya tidak masuk ke dalam tubuh manusia.
3. Bila mencuci dengan deterjen, hindari kontak langsung dengan kulit tangan, karena akan menimbulkan iritasi pada kulit. Lebih baik gunakan sarung tangan plastik.
4. Pembersih lantai yang sering kita sebut karbol mengandung derivat fenol atau cresol yang sifatnya disinfektan, dan juga senyawa klor yang menyebabkan korosit.
Bayangkan bila zat yang bersifat korosit ini masuk ke tubuh si kecil yang kita sayangi. Bagaimana bisa?
BACA JUGA: Tamara Bleszynski Unggah Foto Papanya, Cakep Mirip Artis Hollywood
Ketika habis mengepel dengan karbol, lantai memang tampak "kinclong" karena kotoran menghilang. Tapi tahukah bahwa zat-zat kimia pembersih lantai masih tetap menempel di lantai?
Sementara itu, si kecil ingin bebas merangkak dengan jari-jari tangannya.
Coba bayangkan bila kemudian si kecil memasukkan tangannya ke mulut?
Oleh sebab itu, jangan ragu membilas kembali lantai yang sudah dipel dengan air bersih untuk menghilangkan karbol yang menempel.
Repot sedikit, tapi aman buat si kecil. Pakai karbol sesuai takaran.
5. Jangan mencampur deterjen dengan pemutih.
Pemutih mengandung senyawa organoklor yang bila tercampur dengan deterjen yang bersifat asam, misalnya deterjen yang diberi lemon, akan menghasilkan gas yang disebut gas klor.
Bila terhirup, akan menyebabkan efek seketika seperti tenggorokan sakit, iritasi saluran napas, batuk, dan sesak napas.
Dampak jangka panjangnya, bisa menyebabkan kerusakan paru-paru yang kronis.
6. Hindari sebisa mungkin kontak tubuh dengan bahan kimia beracun dan berbahaya. Tujuannya agar kadar zat tersebut pada diri kita tidak melampaui batas toleransi tubuh sehingga tidak menimbulkan risiko atau gangguan kesehatan.
Penting juga diperhatikan, minimalkan risiko penggunaan B3
BACA JUGA: Begini Cara Mendeteksi dan Menghilangkan Energi Negatif di Rumah
B3 adalah kependekan dari istilah bahan berbahaya dan beracun. Digolongkan sebagai B3 jika sifat, konsentrasi, dan atau jumlah bahan tersebut, baik secara langsung maupun tidak dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, serta dapat membahayakan kesehatan manusia.
Lebih terperinci lagi, suatu senyawa dikatakan sebagai B3 jika memiliki salah satu sifat seperti dapat terbakar, dapat meledak, bersifat korosif, menyebabkan iritasi, mengandung bahan radioaktif, terurai menjadi oksigen pada suhu tinggi, dan beracun atau toksik (karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik).
Asal tahu saja, risiko B3 di sekitar kita bukan hanya terdapat pada deterjen dan pembersih lantai, tapi juga pembasmi serangga, rokok, radiasi, AC, dan masih banyak lagi, termasuk makanan serta air.
Sayangnya, keracunan yang paling banyak disoroti biasanya yang bersifat jangka pendek.
"Jarang sekali kita mempersoalkan dampak B3 yang mengancam manusia dalam jangka waktu panjang. Sebut saja kerusakan organ tubuh atau keracunan secara permanen setelah mengonsumsi makanan tertentu," kata Budiawan.
Sebagai contoh, jika seseorang mengonsumsi bahan B3 atau terpapar hanya sedikit, seringkali akibatnya tak terasa secara langsung. Kecuali bila yang terhirup adalah pestisida atau gas klor (campuran pemutih dengan bahan bersifat asam), mungkin yang bersangkutan akan langsung merasa sesak napas, mual dan sakit kepala.
Padahal dalam jangka panjang, paparan asap atau uap bahan antinyamuk akan terakumulasi dalam tubuh dan menimbulkan kerusakan kronis yang bisa menyebabkan demam, anuria, koma, merangsang SSP (sistem saraf pusat), depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
BACA JUGA: Tekstur MPASI Harus Sesuai Usia Si Kecil, Perhatikan Aturannya
Oleh karena itulah, kita perlu meminimalkan risiko B3. Caranya antara lain:
* Jauhkan dari jangkauan anak-anak semua alat-alat dan pembersih rumah tangga yang mengandung B3, seperti pembersih, pestisida, alat listrik yang mengandung radiasi, dan lain-lain.
* Simpan bahan yang mengandung B3 di tempat sejuk dan jauh dari sinar matahari.
* Sirkulasi udara di rumah harus cukup.
* Pakai sarung tangan bila bekerja dengan bahan korosif.
* Bila terkena mata/kulit, segera bilas dengan air yang banyak.
* Lakukan pola hidup bersih dan tidak berlebihan.
BACA JUGA: Tekstur MPASI Harus Sesuai Usia Si Kecil, Perhatikan Aturannya
Oke Moms, sekarang sudah semakin paham kan. Stop menebar bahan beracun berbahaya di sekitar anak.
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR