Nakita.id - Bagi Moms yang memiliki buah hati usia anak-anak pasti pernah mengalami Si Kecil tiba-tiba tantrum.
Ketika Si Kecil tiba-tiba tantrum entah di rumah atau tempat umum, sebenarnya apa sih harus dilakukan orangtua?
Sebelum mengetahui cara mengatasi tantrum pada anak, ada baiknya Moms tahu pengertian tantrum itu sendiri.
"Tantrum adalah ledakan emosi. Ini tidak hanya terjadi pada anak-anak, orang dewasa juga mengalami namanya temper tantrum.
Kalau anak-anak biasanya (tantrumnya) hanya 15-30 menit dan hal yang normal karena emosi mereka belum stabil, masih labil.
Jadi labil itu bukan hanya untuk anak-anak remaja saja tapi anak-anak usia 1-4 tahun," jelas David Togatorop, Editor Nakita.id dalam Sonora Parenting bersama Nakita.id dengan tema "Tantangan Anak Tantrum Bagi Orangtua: Antara Diam, Bereaksi atau Ikut Emosi", Jumat (21/5/2021).
David kemudian menjelaskan penyebab tantrum pada anak yaitu pikiran mereka masih berkembang tetapi kemampuan berbicara mereka belum sempurna sehingga ketika Si Kecil merasakan sesuatu tapi mereka tak mampu mengungkapkannya.
"Emosinya belum mampu dikatakan, apa yang mereka rasakan jadi mereka hanya bisa meledak, menangis.
Nah kita mewawancarai dua orang psikolog, salah satunya Ibu Irma Gustiana katanya memang betul (tantrum dialami) anak 1-4 tahun. Tapi pada umur 2 tahun itu lagi heboh-hebohnya," jelas David.
"Jadi kalau umur 1-4 tahun itu wajar tetapi pertanyaannya anak saya umur 5 tahun kok masih tantrum. Nah apakah itu benar tantrum atau manipulatif.
Karena seharusnya anak usia 5 tahun menurut rekan psikolog yang kami wawancarai Ibu Meriyati dari RS Pondok Indah mengatakan bahwa seharusnya sudah berkembang dengan baik kemampuan emosinya.
Baca Juga: Bukan Berarti Sakit atau Lapar, Ternyata Ini Faktor Penyebab Anak Balita Sering Kali Tantrum
Jadi kalau umur 5 tahun masih tantrum itu harus diselidiki. Jangan dipukul rata tapi lihat intensitasnya," lanjutnya.
Jenis tantrum
1. Meminta sesuatu: Biasanya anak menangis kejer karena meminta sesuatu seperti minta dibelikan ice cream atau mainan atau mencari perhatian misalnya mempunyai adik baru.
2. Menolak sesuatu: Misalnya anak disuruh tidur siang tidak mau.
3. Destruktif: Kalau lebih dari 30 menit itu cenderung destruktif karena anak merusak sesuatu, memukuli orangtuanya, melempar benda-benda di dekatnya, dan menangis sekencang-kencangnya.
David mengatakan tantrum destruktif ada kasusnya karena sejarahnya tidak dikelola dengan baik oleh orangtuanya.
Cara mengatasi tantrum
Beberapa dari kita mungkin pernah mengiming-imingi anak untuk diam saat mereka tantrum, lantas apakah benar?
"Cara itu bisa dibilang memberikan reward dan punishment ya. Sebenarnya tidak salah juga. Kalau anak baik berikan dia reward kalau nakal berikan dia punishment.
Tapi itu jangan diberikan ketika dia tantrum. Ketika anak tantrum yang diberikan adalah ajak dia bicara. Tanya ada apa, apa yang adik inginkan," ucap David.
Di sisi lain, Moms dan Dads harus tahu juga faktor-faktor anak tantrum:
- Tidak dapat yang diinginkan
- Tidak bisa mengkomunikasikan
- Lingkungan: apakah capek?
- Ketakutan: apakah punya trauma? Pernah terpapar image yang membuat takut?
- Kurangnya konsistensi
- Masalah kesehatan apakah ada alergi makanan, debu, dan lainnya.
David mengingatkan jangan sampai orang tua kepancing tantrum juga, saat situasi ini terjadi Moms dan Dads harus berperan bersama-sama.
Berikan space atau jarak dan waktu untuk anak dan orangtua jangan langsung reaktif karena reaktif membuat kita merespon dengan kata-kata kasar, ancaman, dan kekerasan fisik.
Ketika kita tahu penyebab anak tantrum adalah menginginkan sesuatu dan belum waktunya diberikan hal yang perlu Moms dan Dads lakukan adalah menjauhkan dari objek yang Si Kecil inginkan.
Kemudian, Moms dan Dads bisa mempertimbangkan memberikan sesuatu yang diinginkan anak tapi besoknya setelah Si Kecil tidak tantrum lagi.
Hal lain yang dapat Moms lakukan lagi kalau anak tantrum adalah alihkan perhatian. Setelah beri space, ajak Si Kecil mengatur napasnya.
Namun bagaimana memberikan space di tempat umum kita pasti merasakan malu. Maka David mengajak masyarakat untuk mengerti kalau tantrum adalah hal normal.
Baca Juga: Benarkah Tantrum Bagian Normal dari Perkembangan Anak? Begini Penjelasannya Menurut Dokter
Sementara, orangtua jangan langsung bawa kabur anak dari mall misalnya, biarkan dulu menangis memang ada rasa malu karena itulah jadi orangtua harus kita terima dan syukuri, lalu berikan batas waktu kalau nangisnya lama maka bawa anak ke tempat sepi.
Di sisi lain, sebelum ke mall atau tempat umum lainnya berikan pengertian pada anak.
"Kita akan pergi ke mall, papa mau beli sesuatu, mama mau beli baju, kita tidak beli mainan," ucap David mencontohkan.
David juga mengatakan berikan anak makan dulu karena ini dapat membuat Si Kecil merasa tenang.
Penulis | : | Cecilia Ardisty |
Editor | : | Rachel Anastasia |
KOMENTAR