Dia menjelaskan, zona seismik gap di daerah selatan Jawa Timur patut diwaspadai.
"Karena zona itu belum melepaskan energi sebagai gempa, energi masih tersimpan di sana. Artinya baru siap-siap akan melepaskan energi," jelas Dwikorita.
Nah, hal ini nantinya dapat memicu terjadinya gempa signifikan karena energi gempa cukup lama tersimpan dan terakumulasi dalam waktu cukup lama.
"Inilah yang kami jadikan skenario untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami, berapa ketinggian gelombang, kapan waktu datangnya, dan jarak masuknya berapa," ungkap Dwikorita.
"Sehingga kami melakukan pemetaan bahaya tsunami juga," imbuh dia.
BMKG memiliki data lengkap potensi tsunami di seluruh pantai kabupaten Jawa Timur.
Sebagai contoh, potensi tsunami di Pacitan tinggi maksimum dapat mencapai 25-28 meter dan waktu tercepat datangnya tsunami 26-29 menit.
Dwikorita berharap, hasil analisis BMKG tersebut dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah untuk melakukan upaya pencegahan dan mitigasi selanjutnya.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Curigai Gempa Kuat Jawa Timur sejak Akhir Tahun 2020, Kok Bisa? dan "Hasil Pemodelan BMKG, Tinggi Maksimum Potensi Tsunami Jawa Timur 29 Meter")
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | kompas |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR