Nakita.id - Siapa sangka, menjelang pergantian tahun 2021, pihak Badan meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan terkait potensi gempa di Indonesia.
"Tepatnya di akhir tahun (2020), kami mengevaluasi ternyata terjadi peningkatan aktivitas gempa bumi di beberapa klaster wilayah Indoneia," kata Dwikorita dalam webinar bertajuk "Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur", Jumat (28/5/2021).
"Terutama klaster yang ada di Jawa Timur, tepatnya di lepas pantai selatan Jawa Timur. Dan klaster di Selat Sunda, selatan Jawa Barat, selatan Jawa Tengah, serta sebelah barat Kepulauan Mentawai yang dapat berdampak sampai Sumatra Barat."
Dikatakan Dwikorita, secara umum wilayah Indonesia mengalami lompatan kejadian gempa dengan berbagai magnitudo.
"Bahkan 2018 meningkat menjadi 11.920 kali, di tahun 2019 masih bertahan di atas angka 11.000 (11.588), dan tahun 2020 masih di atas rata-rata, yakni 8.258 kali," ungkap Dwikorita.
"Kalau kita lihat klasteringnya, ini termasuk wilayah lepas pantai Jawa Timur," imbuh dia.
Prediksi BMKG
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan pemodelan matematika untuk mengukur potensi gempa terkuat dan tinggi maksimum tsunami yang bisa menyapu Jawa Timur.
Berdasarkan pemodelan matematis, Jawa Timur berpotensi diguncang gempa hingga kekuatan M 8,9 dan tinggi maksimum tsunami mencapai 29 meter.
"Dari sejarah dan data-data yang terekam hingga saat ini, akhirnya kami menyusun pemodelan secara matematis potensi tsunami di Jawa Timur," ungkap Dwikorita dalam Webinar bertajuk Kajian dan Mitigasi Gempabumi dan Tsunami di Jawa Timur, Jumat (28/5/2021).
"Hasil analisis kami untuk wilayah Jawa Timur, potensi tsunami seluruh pesisir tinggi maksimum adalah 26-29 meter di Kabupaten Trenggalek.
Dan waktu tiba tercepat, datangnya tsunami paling cepat, 20-24 menit di Kabupaten Blitar," imbuh Dwikorita.
Zona seismik gap
Dari gambar peta distribusi gempa bumi yang dirasakan di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya pada periode 2008-2020, dari sekian ratus kejadian gempa sejak tahun 2008 hingga 2020 - ditandai dengan titik merah dan kuning -, tampak ada zona-zona yang "kosong" tidak ada kejadian gempa.
"Zona-zona yang kosong ini, merupakan zona seismik gap," kata Dwikorita.
Dia menjelaskan, zona seismik gap di daerah selatan Jawa Timur patut diwaspadai.
"Karena zona itu belum melepaskan energi sebagai gempa, energi masih tersimpan di sana. Artinya baru siap-siap akan melepaskan energi," jelas Dwikorita.
Nah, hal ini nantinya dapat memicu terjadinya gempa signifikan karena energi gempa cukup lama tersimpan dan terakumulasi dalam waktu cukup lama.
"Inilah yang kami jadikan skenario untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami, berapa ketinggian gelombang, kapan waktu datangnya, dan jarak masuknya berapa," ungkap Dwikorita.
"Sehingga kami melakukan pemetaan bahaya tsunami juga," imbuh dia.
BMKG memiliki data lengkap potensi tsunami di seluruh pantai kabupaten Jawa Timur.
Sebagai contoh, potensi tsunami di Pacitan tinggi maksimum dapat mencapai 25-28 meter dan waktu tercepat datangnya tsunami 26-29 menit.
Dwikorita berharap, hasil analisis BMKG tersebut dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah untuk melakukan upaya pencegahan dan mitigasi selanjutnya.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG Curigai Gempa Kuat Jawa Timur sejak Akhir Tahun 2020, Kok Bisa? dan "Hasil Pemodelan BMKG, Tinggi Maksimum Potensi Tsunami Jawa Timur 29 Meter")
Mengatur Jarak Kelahiran dengan Perencanaan yang Tepat, Seperti Apa Jarak Ideal?
Source | : | kompas |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR