Devi mengatakan jika seseorang sudah sering melakukan tindakan membanding-bandingkan orang lain maka sudah termasuk kategori toxic.
"Kadang kita sudah berusaha menjalin hubungan yang baik, namun ada saja orang-orang yang toxic, terutama orang yang suka membandingkan. Jika membandingkannya sekali atau dua kali itu wajar, tetapi jika sudah suka dan selalu berarti sudah termasuk toxic" tutur Devi.
Jika hubungan tersebut sudah terjadi dalam kehidupan antara menantu dan mertua tentu hal yang seharusnya Moms lakukan adalah melakukan adanya batasan mental.
"Kita harus membentuk batasan psikologis, batasan mental. Artinya kita harus sadarkan diri kita bahwa perkataan seseorang yang suka membandingkan adalah perkataanyang muncul dari orang yang toxic," ujarnya.
Sifat mertua yang selalu membanding-bandingkan justru akan membuat perasaan menantu menjadi sedih, terlebih jika menantu memiliki sifat yang perasa.
"Tipe menantu yang gampang kena mentalnya tentu akan lebih mudah self blaming dan menyalahkan diri sendiri," lanjutnya.
Selanjutnya Devi menyarankan ketika Moms menghadapi mertua yang suka membandingkan ada baiknya Moms perlu merefleksikan diri sendiri.
"Harus banget merefleksikan diri kita, karena kalo kita tidak refleksi itu akan membuat diri semakin merasa menjadi semakin terpengaruh sama pendapat orang-orang yang toxic itu," pungkas Devi.
Serunya Van Houten Baking Competition 2024, dari Online Challenge Jadi Final Offline
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR