Nakita.id - Bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan mertua tentu menjadi harapan bagi setiap menantu.
Demi mendapatkan hati mertua, berbagai pendekatan sebelum menikah pun rela dilakukan.
Hal itu dilakukan semata-mata demi memiliki hubungan yang baik nantinya setelah menikah.
Sama seperti Moms, mertua juga pastinya memiliki sifat dan kepribadian yang berbeda-beda.
Baca Juga: Ini Cara yang Bisa Dilakukan Ketika Pasangan Tidak Mau Dekat dengan Mertua Menurut Psikolog
Jika memiliki mertua yang baik, murah senyum, dan selalu menyayangi keluarga kecil Moms, tentu hal itu sangatlah menyenangkan.
Sayangnya, tidak semua menantu memiliki mertua dengan sifat seperti itu.
Ya, sebagian pasangan mungkin juga memiliki mertua yang galak dan cenderung memicu pertengkaran di dalam rumah tangga.
Menurut Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog, mertua dinilai galak bisa terjadi karena adanya ketidakcocokan antara Moms dengan mertua.
"Mertua itu pada dasarnya baik, walaupun mungkin ada ketidakcocokan dengan kita, kita perlu meyakini bahwa niatnya baik," tutur Anna.
Moms dapat menilai sifat dari mertua melalui sifat dari pasangan Moms terlebih dahulu.
"Anak yang baik pasti dihasilkan dari orangtua yang baik," ujarnya.
Ketika menghadapi mertua yang selalu memicu konflik di dalam rumah tangga, Moms perlu memahami kondisi yang mertua alami lebih dulu.
"Tetapi, jika dia sampai tidak baik mungkin ada pada kondisi-kondisi tertentu yang beliau alami," jelas Anna.
Jika Moms telah memahami penyebab munculnya sikap yang kurang menyenangkan tersebut, Moms bisa kembali menjalani kehidupan yang harmonis dengan mertua.
"Setelah menyadari penyebabnya, justru menantu akan memiliki hubungan yang lebih baik lagi, karena sudah betul-betul menyadari alasannya," sambungnya.
Sebelum memutuskan untuk menikah, tentu perlu mengenali sifat dari calon mertua itu sendiri.
"Daripada kita mikir-mikir mertua saya baik atau tidak baik, jauh lebih baik kita menggali sejak sebelum pernikahan seperti apa sih beliau berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya," tutur Anna.
Ketika sudah mengenal lebih dalam dengan sang calon mertua, beberapa pasangan bisa memutuskan apakah cocok dengan sikap dari calon mertua tersebut.
Bila ada sikap yang kurang disukai, tak ada salahnya untuk tidak melanjutkan hubungan tersebut ke arah yang serius seperti menikah.
"Sudah belajar berinteraksi dengan beliau, sudah belajar ngobrol sama beliau sebelum menikah, boleh lo itu dijadikan pertimbangan apakah memang akan menikah atau tidak," ujarnya.
Namun, ketika Moms memiliki mertua yang selalu memicu konflik, tentu harus banyak berpikir bahwa mertua selalu memiliki sikap yang baik meski cara menyampaikannya yang salah.
"Jadi, kalo misalnya memang sudah terikat dalam pernikahan ya udah tidak usah pikir-pikir lagi anggap aja mertua baik," pungkas Anna.
Pentingnya Penanganan yang Tepat, RSIA Bunda Jakarta Miliki Perawatan Khusus untuk Bayi Prematur
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR