Nakita.id - Presiden Joko Widodo menargetkan 1 juta vaksin setiap harinya untuk masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi, Presiden Jokowi kembali memberi target 2 juta masyarakat yang divaksin pada Agustus mendatang.
Tentu saja hal ini dilakukan guna mencegah makin meluasnya penyebaran virus corona di Indonesia.
Sayangnya, seiring dengan ditekankannya percepatan vaksin Covid-19 bagi masyarakat Indonesia, tersebar pula berbagai informasi palsu atau hoax terkait dampak vaksinasi.
Banyak teori konspirasi atau informasi palsu terkait vaksin Covid-19 yang akhirnya membuat masyarakat takut untuk vaksin.
Baca Juga: Suntik Vaksin Covid-19 Bikin Jadwal Menstruasi Berantakan? Ini Kata Ahli
Padahal di masa pandemi seperti ini, vaksin sangat penting untuk menjaga imun tubuh dan mencegah tertularnya Covid-19, atau setidaknya meringankan gejala bagi penderita Covid-19.
Untuk memerangi penyebaran informasi palsu, berikut adalah 5 fakta ilmiah di balik mitos vaksin Covid-19, dilansir dari Healthline.
1. Mitos: Vaksin Coid-19 sebabkan kemandulan
Ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat di Parenting Pod, Elizabeth Beatriz, PhD, mengatakan, informasi yang menyebut vaksin Covid-19 sebabkan kemandulan adalah salah.
Beatriz menjelaskan, beberapa wanita yang terlibat dalam uji coba vaksin Covid-19 mengalami kehamilan tak lama setelah vaksinasi.
Menurut Beatriz, wanita yang sedang hamil atau merencanakan kehamilan sebaiknya segera mendapatkan vaksin.
"Karena jika mereka terkena Covid-19, risiko kesehatannya lebih tinggi jika dalam kondisi hamil," ujar Beatriz.
2. Mitos: Vaksin Covid-19 sebabkan keguguran
Selain disebut menyebabkan kemandulan, mitos lain mengatakan bahwa vaksin Covid-19 dapat menyebabkan keguguran.
Beatriz menegaskan, banyak wanita yang mendapatkan vaksin saat hamil dan mereka bisa melahirkan bayi yang sehat.
"Ini termasuk wwanita yang menjalani uji klinis (yang hamil setelah vaksinasi) dan wanita yang divaksin saat hamil," ucapnya.
3. Mitos: Vaksin pada ibu menyusui sebabkan bayi meninggal
Beatriz mengatakan bahwa tidak ada penelitian yang mendukung klaim bahwa vaksin Covid-19 pada ibu menyusui sebabkan bayi meninggal.
"Tidak ada alasan untuk percaya bahwa vaksin dapat membahayakan ibu atau bayi," tegas Beatriz.
Bahkan, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa vaksinasi pada ibu menyusui dapat melindungi bayi karena membagian antibodi melalui ASI.
4. Mitos: Orang yang terkena Covid-19 tak perlu divaksin
Beatriz memaparkan dua alasan utama mengapa semua orang harus mendapatkan vaksin, termasuk mereka yang sudah pernah terinfeksi Covid-19.
Menurut Beatriz, kekebalan yang didapat setelah terinfeksi Covid-19 hanya bertahan beberapa bulan. Sementara itu, kekebalan dari vaksin bertahan lebih lama.
Alasan lainnya, Beatriz mengatakan bahwa saat ini telah muncul banyak varian Covid-19 dan vaksin tampaknya mampu mengurangi risiko berbagai varian.
5. Mitos: Vaksin tidak melindungi dari Covid-19
Ahli Epidemiologi, Vasileios Margaritis, PhD, MS, menjelaskan, ada berbagai jenis tujuan pemberian vaksin.
Di antaranya adalah mencegah infeksi dan mencegah penyakit dengan gejala atau penyakit yang parah.
Dalam kasus Covid-19, Margaritis menjelaskan bahwa hampir semua uji coba vaksin fase 3 dirancang untuk mencegah penyakit bergejala, kemudian mencegah infeksi dan penyakit parah.
"Kemanjuran vaksin 95 persen menunjukkan, orang yang divaksinasi memiliki risiko 95 persen lebih rendah untuk mengalami infeksi bergejala dibandingkan orang yang tidak divaksinasi," kata Margaritis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "5 Fakta Ilmiah di Balik Mitos Vaksin Covid-19"
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR