Nakita.id - Banyak orang menghindari vaksin Covid-19 AstraZeneca dan lebih memilih Sinovac.
Alasannya karena vaksin AstraZeneca memberikan efek samping berupa demam, pusing, tak enak badan, hingga perubahan jadwal menstruasi pada wanita.
Bahkan efek ini bisa bertahan sampai beberapa hari setelah disuntik.
Baca Juga: Cek Fakta, Apakah Benar Vaksin Covid-19 Mengandung Magnet?
Beda dengan vaksin Sinovac yang lebih sedikit memberikan efek sehingga penerima vaksin bisa langsung beraktivitas seperti biasa.
Tapi siapa sangka, penelitian menunjukkan fakta kalau vaksin Covid-19 AstraZeneca memberikan kekebalan setidaknya selama satu tahun setelah satu dosis dan respon imun yang lebih kuat setelah dosis kedua.
Berdasarkan hasil yang diterbitkan oleh University of Oxford, level antibodi penerima vaksin AstraZeneca tetap tinggi dibandingkan sebelumnya, selama satu tahun setelah dosis pertama disuntikkan.
Analisis ini melibatkan sukarelawan berusia 18 hingga 55 tahun yang terdaftar dalam uji coba COV001 dan COV002 dan telah menerima satu dosis atau dua dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Hasilnya, interval yang diperpanjang antara dosis pertama dan kedua vaksin COVID-19 AstraZeneca hingga 45 minggu menghasilkan peningkatan respons antibodi hingga 18 kali lipat, diukur 28 hari setelah dosis kedua.
Dengan interval pemberian dosis 45 minggu antara dosis pertama dan kedua, titer antibodi empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan interval 12 minggu.
Hal tersebut menunjukkan bahwa interval pemberian dosis yang lebih lama tidak mengurangi efektivitas vaksin, namun justru dapat memberikan kekebalan yang lebih kuat.
Selain itu, dosis ketiga vaksin Covid-19 AstraZeneca yang diberikan setidaknya 6 bulan setelah dosis kedua, meningkatkan tingkat antibodi enam kali lipat dan mempertahankan respons sel T.
Dosis ketiga juga menghasilkan aktivitas penetralan yang lebih tinggi terhadap varian Alpha (B.1.1.1.7, 'Kent'), Beta (B.1.351, 'Afrika Selatan') dan Delta (B.1.617.2, 'India').
Profesor Sir Andrew J Pollard, Chief Investigator & Director Oxford Vaccine Group di Universitas Oxford, mengatakan, “Hal ini merupakan berita baik bagi negara-negara dengan persediaan vaksin yang terbatas, yang mungkin khawatir terhadap keterlambatan pemberian dosis kedua vaksin di negara mereka. Terdapat respons yang sangat baik untuk dosis kedua, bahkan setelah penundaan 10 bulan dari dosis pertama.”
Sir Mene Pangalos, Executive Vice President BioPharmaceuticals R&D, mengatakan, “Penting bagi kami untuk menunjukkan bahwa vaksin kami menghasilkan respons kekebalan yang kuat dan tahan lama, untuk meningkatkan keyakinan mengenai perlindungan jangka panjang.
Kami berharap dapat terus bermitra dengan Universitas Oxford dan merekomendasikan badan-badan di seluruh dunia untuk mengevaluasi lebih lanjut dampak dari data-data ini.”
Source | : | Siaran Pers |
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR