Nakita.id - Tahun ajaran baru 2021/2022 sudah di depan mata.
Meski sekolah masih harus kembali daring dan belum bisa tatap muka, proses pembelajaran harus tetap terus berjalan dalam kondisi apapun.
Adanya pandemi Covid-19 memang membuat proses pembelajaran menjadi terganggu dan sistemnya harus berubah total.
Baca Juga: Bukan Dibatalkan, Begini Kata Kemendikbud Soal Nasib Rencana Sekolah Tatap Muka Saat Pandemi
Hal itu pun menjadi suatu tantangan tersendiri yang harus dihadapi hingga saat ini.
Terbukti kini para guru, siswa, dan orangtua yang mendampingi anaknya sekolah di rumah sudah mulai terbiasa dengan proses pembelajaran daring ini.
Namun, meski sudah terbiasa, para murid dan guru tentunya tetap memiliki keinginan kegiatan belajar mengajar bisa kembali dilakukan secara tatap muka seperti biasanya.
Pasalnya, berdasarkan liputan khusus yang dilakukan Nakita.id kali ini, banyak sekali guru yang berpendapat bahwa pembelajaran jarak jauh membuat tenaga pengajar tidak mampu secara maksimal memberikan materi kepada para muridnya.
Para guru pun dituntut untuk tidak terlalu mengejar kurikulum yang ada agar tidak membebani siswa dan orangtua yang mendampinginya.
Adapun kurikulum yang saat ini digunakan oleh para tenaga pengajar adalah kurikulum 2013.
Lantas, apakah ada pembaharuan kurikulum menjelang tahun ajaran baru 2021/2022?
Menurut Drs. Mulyatsyah, M.M, Direktur Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, menjelaskan, sejauh ini belum ada pembaharuan kurikulum.
Kurikulum yang digunakan pun masih kurikulum 2013, namun dilakukan penyesuaian dengan kondisi yang ada saat ini.
"Sampai saat ini kurikulum 2013 itu masih digunakan di setiap jenjang pendidikan, di semua level tingkatan yang ada adalah ada penyesuaian kurikulum dalam kondisi khusus," ungkap Drs. Mulyatsyah, M.M, dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Rabu (7/7/2021).
"Jadi ada kompetensi-kompetensi yang kita sederhanakan karena kurikulum 2013 pada saat itu tidak dirancang dalam kondisi kedaruratan yang kita hadapi sekarang," sambungnya.
Drs. Mulyatsyah, M.M mengungkapkan, para tenaga pengajar bisa berkreativitas untuk menyederhanakan kurikulum 2013 tersebut.
"Oleh sebab itu, ini kesempatan kreativitasnya itu bisa muncul dipedomani dari kurikulum khusus yang kita edarkan yang mengacu tetap pada kurikulum 2013 yang lama, tapi disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang ada atau juga ada sekolah-sekolah tertentu yang mencoba melakukan kreativitas menyederhanakan sesuai dengan kebutuhan dari konten-konten pembelajaran, dan rencana pembelajaran yang dibuat," jelas Drs. Mulyatsyah, M.M.
Untuk melakukan penyederhanaan kurikulum tersebut para tenaga pengajar bisa berdiskusi dengan para pemangku kepentingan di daerah masing-masing.
"Jadi, kita persilahkan kepada guru dan para pemangku kepentingan di daerah untuk bagaimana mendiskusikan ini, karena pasti dengan kondisi yang terbatas adanya pencapaian-pencapaian yang tidak bisa terpenuhi sesuai dengan kondisi normal," pungkas Drs. Mulyatsyah, M.M.
Rekomendasi Sunscreen untuk Si Kecil: Gently Sunscreen SPF50+ PA++++ dengan Serum Anti-Polusi!
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR