"Mungkin dulu buahnya single fruity. Seperti apel. Sekarang sudah mulai kompleks. Misal berry, sitrus campur buah-buahan berry. Apel pun bukan single apple tapi kombinasi," tutur dia.
Wangi vanila yang kini menjadi salah satu "primadona" parfum, menurut Marina, sempat tak diterima di Indonesia.
BACA JUGA: Cantik dan Anggun, Begini Potret Putri Kerajaan Dari Berbagai Negara
Hal ini lantaran vanilla dianggap kurang sesuai dengan cuaca Indonesia yang panas.
Wangi seperti vanila dan cokelat lebih sering digunakan di negara-negara yang memiliki musim salju.
"Kalau winter mereka kan suka minum sesuatu yang hangat. Vanilla kesannya bikin nyaman, tapi kalau di kita kesannya eneg. Karena di kita udaranya panas. Di mereka winter, mereka suka," ujar Marina.
BACA JUGA: Doa Menyentuh Hati Caca Tengker di Ulang Tahun Nagita Slavina
Namun, tren itu berubah sejak softener mulai digunakan untuk pelembut pakaian. Sebab, wangi tersebut cenderung tahan lama dan itu memengaruhi pilihan parfum.
Tren wangi parfum di Indonesia pun berbeda dengan tren parfum global, terutama di negara empat musim.
Tren parfum di negara-negara empat musim saat ini justru sedang mengarah pada wewangian tropikal.
BACA JUGA: Lama Menghilang, Ini Kabar Pemeran Ruqaiya 'Jodha Akbar' Sekarang
"Sekarang coconut, dianggapnya eksotis. Juga wangi aromatik yang kayak shea, mineral, wangi-wangi laut jadi trendi, tapi di kita sudah biasa," ujar Marina.
Wapres Gibran Minta Sistem PPDB Zonasi Dihapuskan, Mendikdasmen Beri Jawaban 'Bulan Februari'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Amelia Puteri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR