Nakita.id - Epidemiolog mengungkap tantangan Indonesia untuk bisa mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
Seperti kita tahu, Indonesia sudah setahun lebih bertarung dengan virus corona.
Sejak kasus pertama ditemukan pada awal tahun 2020, kasus infeksi virus corona di Tanah Air terus saja meningkat.
Apalagi pada pertengahan tahun 2021, Indonesia memecahkan rekor tertinggi jumlah infeksi dan kematian karena Covid-19.
Kini, pakar penyebaran penyakit menilai kalau Indonesia belum akan bisa menanggulangi krisis pandemi Covid-19 dalam waktu dekat.
Bukan tanpa alasan, epidemiolog berujar demikian karena melihat fakta lapangan.
Melansir dari Kompas.com, selama satu setengah tahun berperang melawan virus corona, Indonesia sudah mengupayakan berbagai usaha untuk menekan laju penularan virus corona.
Ahli epidemiologi Universitas Airlangga, Dr dr Windhu Purnomo menjabarkan sejumlah hal tentang herd immunity yang menjadi jalar keluar pandemi Covid-19.
Ia mengatakan kalau tantangan Indonesia disebutkan ada dua, yakni vaksin dan varian virus corona yang terus berkembang.
1. Ketersediaan vaksin
Herd immunity baru bisa dicapai jika proporsi minimal 70 persen penduduk sudah divaksin terpenuhi.
Artinya, Indonesia membutuhkan vaksin untuk 189 juta penduduk untuk diberikan dua dosis.
Dengan kata lain, Indonesia membutuhkan 378 juta dosis vaksin, yang harus didistribusikan kepada masyarakat.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyebutkan Indonesia telah menerima 104.728.400 dosis vaksin Sinovac, Sinopharm dan AstraZeneca.
Jumlah dosis vaksin tersebut masih kurang dari sepertiga jumlah dosis vaksin yang dibutuhkan Indonesia.
2. Kemunculan varian baru
Masalah lain yang bisa menjadi tantangan herd immunity adalah terus bermunculan varian baru.
Saat virus corona bermutasi, ini akan meningkatkan kemampuan untuk menular dan patokan herd immunity tidak lagi menggunakan 70 persen.
Herd immunity 70 persen hanya berlaku untuk varian original dari Wuhan yang dideteksi pada Desember 2019.
Itu sebabnya, selain vaksinasi, pemerintah harus tegas melakukan pencegahan.
Saat ini yang dibutuhkan menurut Windhu adalah pencegahan dari hulu, dengan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia.
PSBB tidak hanya di Jakarta atau zona merah saja, tapi semua daerah.
Dia mengatakan, PPKM tidak lagi bisa untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia.
"Pemerintah harus tegas," pungkasnya.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Diah Puspita Ningrum |
KOMENTAR