Nakita.id - Ada beberapa vaksin Covid-19 yang digunakan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya AstraZeneca.
Namun, banyak hoaks yang beredar soal vaksin.
Alhasil, masih banyak warga yang takut dan tidak mau disuntik vaksin Covid-19, termasuk vaksin AstraZeneca.
Berdasarkan hasil studi terbaru menunjukkan, satu dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca ternyata 82 persen efektif mencegah rawat inap atau kematian akibat infeksi varian Beta atau Gamma.
Data ini didapatkan dari hasil Canadian Immunization Research Network (CIRN) yang didukung oleh Public Health Agency of Canada dan Canadian Institutes of Health Reasearch.
Seperti diketahui, vaksin Covid-19 AstraZeneca adalah produk vaksin yang ditemukan oleh Universitas Oxford dan perusahaan spin-outnya, Vaccitech.
Vaksin ini menggunakan vektor virus simpanse yang tidak bereplikasi berdasarkan versi yang dilemahkan dari virus flu biasa (adenovirus) yang menyebabkan infeksi pada simpanse dan mengandung materi genetik dari protein spike virus SARS-CoV-2.
Setelah vaksinasi, diproduksilah protein permukaan spike yang akan mempersiapkan sistem kekebalan untuk menyerang virus SARS-CoV-2 jika kemudian menginfeksi tubuh.
Di saat dunia mulai memproduksi miliaran dosis vaksin Covid-19, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 pun terus bermutasi dan menyebabkan munculnya banyak varian-varian baru dari virus ini.
Meski ada ribuan varian virus corona baru yang diketahui sejauh ini, tetapi beberapa di antaranya memang cukup mengkhawatirkan karena dapat menular lebih cepat ataupun memperparah kondisi pasien yang terinfeksi.
Executive Vice President, BioPharmaceuticals R&D, Mene Pangalos mengatakan, dengan adanya banyak varian baru yang dapat mengganggu kita dalam mengatasi pandemi, maka pembuktian bahwa produk vaksin yang ada saat ini dapat menghadapi varian-varian baru ini menjadi sangat penting.
“Dengan adanya banyak varian baru yang dapat mengganggu upaya kita dalam mengatasi pandemi, bukti dunia nyata (efektif lawan varian Beta dan Gamma) ini menunjukkan bahwa Vaksin Covid-19 AstraZeneca, serta vaksin lain yang digunakan di Kanada, memberikan perlindungan tinggi terhadap akibat paling serius dari penyakit Covid-19 ini, bahkan hanya setelah suntikan (dosis) pertama," kata dia.
"Sangat penting bagi kita untuk terus melindungi sebanyak mungkin orang di seluruh penjuru dunia untuk dapat mengalahkan virus mematikan ini,” tambahnya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (29/7/2021).
Analisis ini mencakup 69.533 orang yang telah terbukti positif SARS-CoV-2 selama Desember 2020 hingga Mei 2021 di Ontario, Kanada; dengan 28.705 (6,8 persen) orang positif untuk non-varian Beta dan Delta, dan 40.828 (9,7 persen) orang lainnya positif dengan varian tersebut.
Berikut beberapa hasil kajian studi yang dilakukan peneliti mengenai efektivitas vaksin AstraZeneca terhadap varian-varian baru yang ada.
1. Cegah rawat inap atau kematian
Selain, 82 persen efektif untuk mencegah rawat inap atau kematian akibat infeksi varian Beta maupun varian Gamma.
Vaksin Covid-19 ini juga menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap varian Delta (B.617.2, dari India) dan varian Apha (B.1.1.7, Kent).
Pada varian Delta, vaksin AstraZeneca diketahui 87 persen dan pada varian Alpha efektivitasnya mencapai 90 persen dalam mencegah rawat inap atau kematian setelah dosis vaksin pertama sama dengan vaksin lain yang diuji dalam penelitian ini.
Sementara itu, akibat keterbatasan waktu penelitian, para peneliti belum mendapatkan hasil efektivitas vaksin ini setelah dosis kedua.
Akan tetapi, diyakini bahwa efektivitas vaksin Covid-19 tersebut terhadap varian lain juga akan meningkat setelah dosis kedua diberikan.
2. Efektif lawan penyakit bergejala ringan
Dijelaskan pula bahwa vaksin AstraZeneca efektif melawan penyakit bergejala ringan.
Data yang tersedia hanya melaporkan hasil setelah dosis pertama, sedangkan pada dosis kedua efektivitas vaksin diperkirakan lebih tinggi.
Mene mengatakan, dari data yang ada terlihat efikasi vaksin pada pasien bergejala ringan seolah lebih rendah dari yang bergejala berat.
Efektivitas vaksin dalam mencegah penyakit bergejala mencapai 50 persen terhadap varian Beta atau varian Gamma, 70 persen terhadap varian Delta, dan 72 persen terhadap varian Alpha.
Uji coba Fase I/II yang dilakukan oleh Universitas Oxford dan Universitas Witwatersrand pada bulan Januari, telah menunjukkan efikasi yang terbatas terhadap penyakit ringan terutama karena varian Beta.
Hasil ini tidak dapat memastikan efikasi vaksin dengan tepat dalam mencegah penyakit parah termasuk rawat inap dan kematian, mengingat subjek didominasi oleh orang dewasa muda yang sehat yang hanya mengalami penyakit ringan.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Satu Dosis Vaksin AstraZeneca 82 Persen Efektif Lawan Varian Beta dan Gamma")
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Riska Yulyana Damayanti |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR