Bidan Yuli juga menjelaskan bahwa, selain kurangnya asupan gizi, stunting juga bisa disebabkan oleh faktor lain.
"Faktor penyebab stunting bersifat multidimensi, tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja," ujar Yuli.
"Selain gizi buruk yang didapatkan oleh ibu hamil dan balita, faktor lain penyebab stunting adalah praktik pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya pelayanan kesehatan pada ibu selama masa kehamilan dan setelah melahirkan, kurangnya akses ke makanan bergizi, kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi," imbuhnya.
Bidan Yuli pun menerangkan, stunting bisa terjadi sejak anak masih berada di dalam kandugan.
"Masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun," ungkapnya.
Sedangkan menurut Bidan Zahrotun Nisa, Puskesmas Selopampang, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (3/8/2021) menjelaskan, penyebab stunting di Indonesia bisa disebabkan karena mitos yang beredar.
"Mungkin bisa dari ibunya saat hamil, karena di Indonesia sendiri penuh sekali sama tradisi dan budaya (mitos). Banyak larangan tentang tidak boleh makan telur, tidak boleh makan cumi nanti anaknya hitam. Itu bisa jadi penyebab ibu kekurangan nutrisi," kata Bidan Nisa.
Selain itu, pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) yang tidak tepat juga bisa menjadi penyebab stunting.
"Pemberian makanan yang belum waktunya, pemberian MPASI yang kurang tepat itu yang bisa menyebabkan stunting," sambungnya.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR