Nakita.id - Angka kebutuhan plasma konvalesen tiap hari kian meningkat.
Sayangnya, jumlahnya terbatas dan banyak pasien Covid-19 yang kesulitan mencari pendonor.
Padahal, terapi plasma konvalesen ini sangat membantu menyelamatkan nyawa pasien Covid-19.
Hal ini karena terapi plasma konvalesen menjadi salah satu harapan kesembuhan bagi pasien Covid-19 yang bergejala berat.
Selain pemberian obat antivirus dan vitamin, terapi plasma konvalesen menjadi alternatif untuk memerangi Covid-19.
Mengutip dari MayoClinic, terapi plasma konvalesen (kon-vuh-LES-unt PLAZ-muh) menggunakan darah dari orang yang telah sembuh dari suatu penyakit untuk membantu orang lain pulih.
Antibodi orang yang sudah sembuh dari infeksi Covid-19 diharapkan bisa membantu orang yang masih sakit.
"Antibodi dari penyintas Covid-19 bisa membuat pasien lebih survive. Karena ketika dirawat di rumah sakit ini antibodinya turun. Nah, pendonor ini memberikan antibodinya untuk membantu dia (pasien) melawan virus Covid-19 tersebut," ujar Kepala Bagian Pengembangan PMI Kota Surakarta dr. Agni Romadhona Vijayantimala saat dihubungi PARAPUAN pada Minggu (25/7/2021).
Setiap orang yang hendak melakukan terapi plasma konvalesen butuh mendapatkan donor plasma dari penyintas Covid-19.
Namun, ketersediaannya tidak sebanding dengan jumlah permintaannya.
Banyaknya jumlah permintaan plasma konvalesen ini tak sebanding dengan jumlah pendonor yang datang ke Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menyumbangkan plasma darahnya.
Entah apa pasalnya, dr. Agni menyebut bahwa saat ini belum banyak yang mendonorkan plasmanya secara sukarela.
"Sampai sekarang masih sedikit untuk sukarela yang mendonorkan darahnya," kata dr. Agni.
Mungkin ada penyintas yang merasa ragu mendonorkan plasmanya karena takut akan adanya efek samping pada kesehatannya.
Tapi tenang saja Kawan Puan, dr. Agni menjelaskan bahwa donor plasma konvalesen adalah hal yang aman dan tak memiliki efek samping sama sekali.
"Kalau untuk pendonor tidak ada efek samping sama sekali. Jadi kalau memang sudah terbiasa donor (darah) itu tidak ada efek samping," jelas dr. Agni.
Hanya saja, pendonor mungkin akan mengalami efek samping sedikit pusing atau lemas setelah donor jika tidak dibarengi dengan persiapan yang baik sebelumnya.
dr. Agni mengatakan bahwa sebelum melakukan donor, ada baiknya untuk makan terlebih dahulu minimal 4 jam sebelum donor.
"Yang terpenting 4 jam sebelum donor harus diisi perutnya (makan dulu). Jadi, jangan puasa donor atau makan donornya setelah lebih dari 5 jam. Itu pasti nanti efek sampingnya paling akan pusing," terangnya.
Hal ini agar tubuh menjadi lebih kuat dan tidak menyebabkan pusing atau lemas usai donor.
"Tapi kalau memang sudah mempersiapkan sebelum donor juga (sudah) makan, itu saya kira nggak akan ada efek samping," tambah dr. Agni.
Untuk itu, tak ada alasan untuk Kawan Puan penyintas tidak lagi mau mendonorkan plasma.
Selama memenuhi persyaratan, Kawan Puan bisa turut andil untuk menolong sesama dengan mendonorkan plasma konvalesen.
Syarat menjadi pendonor plasma antara lain usia 18-60 tahun, berat badan lebih dari 55 kilogram, diutamakan pria (bila perempuan belum pernah hamil), tidak menerima tranfusi darah selama 6 bulan terakhir, sudah pernah terinfeksi Covid-19 serta memiliki surat keterangan sembuh dari dokter dan bebas keluhan minimal 14 hari.
Sekantong plasma adalah harapan untuk sesama.
Jika Moms adalah seorang penyintas dan memenuhi syarat jangan ragu untuk membantu dan hubungi PMI terdekat ya.
Source | : | Parapuan |
Penulis | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR