Semua komponen molekuler ini dapat dibekukan dan dikeringkan untuk penyimpanan jangka panjang dan dapat diaktifkan kembali setelah terpapar air.
Tahun lalu, laboratorium Collins mulai mengadaptasi teknologi tersebut untuk mendeteksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.
Harapannya, dengan penelitian ini mereka dapat merancang perangkat diagnostik yang dapat memberikan hasil yang cepat dan dioperasikan dengan mudah, bahkan tanpa memerlukan keahlian khusus.
Mekanisme alat tes Covid-19 berbasis sampel air liur ini, para peneliti harus memasukkan langkah pra-pemrosesan kritis yang menonaktifkan enzim yang disebut nuklease saliva, yang menghancurkan asam nukleat seperti RNA.
Setelah sampel masuk ke perangkat, nuklease dinonaktifkan oleh panas dan dua reagen kimia.
Selanjutnya, RNA virus diekstraksi dan dipekatkan dengan melewatkan air liur melalui membran.
"Membran itu adalah kunci untuk mengumpulkan asam nukleat dan memusatkannya sehingga kita bisa mendapatkan sensitivitas yang kita tunjukkan dengan diagnostik ini," kata Rose Lee, seorang instruktur pediatri di Rumah Sakit Anak Boston dan Beth Israel Deaconess Medical Center.
Sampel RNA ini kemudian diekspos ke komponen CRISPR/Cas beku-kering, yang diaktifkan dengan penusukan otomatis paket air tertutup di dalam perangkat.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gabriela Stefani |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR