Nakita.id - Kesetaraan gender dimulai di rumah, dan keluarga berada di garis depan perubahan.
Perubahan tersebut dibentuk untuk generasi berikutnya, salah satunya adalah pengenalan tentang kesetaraan gender yang diberikan di rumah oleh orang tua.
Selain itu, pengasuh dari keluarga besar juga bisa membentuk cara anak-anak berpikir tentang gender dan kesetaraannya.
Dari mulai meruntuhkan stereotip gender hingga berbagi pekerjaan.
Maka Moms dan Dads juga harus memperkenalkan tentang gender dan kesetaraannya kepada anak-anak.
Lantas, mengapa anak harus diperkenalkan tentang gender? Adakah alasan penting kesetaraan gender untuk diterapkan di dalam keluarga?
Diwawancarai Nakita.id pada Selasa (17/8/2021), Nadya Pramudita M. Psi., Psikolog Klinis Anak yang berpraktik di FAME Consultant mengatakan pentingnya memperkenalkan kesetaraan gender untuk diterapkan di dalam keluarga.
Hal ini karena kesetaraan gender membuat seseorang lebih dapat mengembangkan dan mengekspresikan dirinya secara maksimal.
"Sangat penting, karena berbagai penelitian juga mengatakan kesetaraan gender membuat seorang individu lebih dapat mengembangkan dan mengekspresikan dirinya secara maksimal," ungkap psikolog yang akrab disapa Dita.
Menurut Dita, hal tersebut karena masyarakat terutama budaya timur masih kuat pandangannya terhadap stereotipe gender tertentu.
Stereotipe gender tertentu ini memisahkan antara laki-laki dan perempuan.
"Misalnya laki-laki diharapkan percaya diri dan agresif, berotot dan potongan rambut pendek, menjadi tulang punggung keluarga secara finansial, dan pekerjaan yang membutuhkan kerja fisik," kata Dita.
"Sementara perempuan dilihat lebih cocok sebagai sosok yang emosional dan lemah lembut, menggunakan gaun dan bersolek, dalam keluarga bertugas merawat anak, memasak, bersih-bersih, dan pekerjaan yang sifatnya merawat dan butuh kesabaran," lanjut Dita.
Menurut Dita, pandangan strereotipe gender tertentu ini menjadi tidak seimbang.
"Terlebih, perempuan dilihat lebih rendah dan menjadi didominasi kaum laki-laki," kata Dita.
Selain itu, penerapan strereotipe ini juga berdampak negatif bagi perempuan dan laki-laki.
"Perempuan dipandang cenderung pasif, lemah, mengalah, naif, sedangkan laki-laki cenderung banyak bicara, tidak sensitif, berjiwa persaingan, ambisius, menuntut dilayani oleh perempuan," ungkap Dita.
Jika Moms dan Dads menerapkan strereotipe ini dalam keluarga, maka anak laki-laki dan perempuan menjadi tidak menonjol dan tidak bisa menunjukkan sisi kelemahannya.
"Dengan menganut stereotipe gender seperti ini, para perempuan jadi sulit untuk menonjol di lingkungan sosial, sementara laki-laki tidak diperbolehkan juga untuk menunjukkan kelemahan seperti menangis begitu," jelas Dita.
Baca Juga: Kekerasan Perempuan di Indonesia Kian Marak, Ayo Lawan dengan Kampanye Ini
Penulis | : | Lolita Sianipar |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR