Nakita.id - Pandemi Covid-19 belum juga berakhir hingga saat ini.
Namun, akhir-akhir ini, angka kasus Covid-19 mulai perlahan menurun, khususnya di DKI Jakarta.
Hal tersebut yang akhirnya membuat Kemendikbudristek merealisasikan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.
PTM tersebut resmi digelar pada hari ini, Senin (30/8/2021).
Akan tetapi, belum semua sekolah mendapatkan izin untuk menggelar PTM terbatas ini.
Ya, hanya sekolah-sekolah yang sudah memenuhi syarat yang diizinkan menggelar PTM terbatas.
Seperti yang telah diwartakan Nakita.id sebelumnya, ada sekitar 610 sekolah di DKI Jakarta yang diizinkan menggelar PTM terbatas.
Digelarnya PTM terbatas tentu merupakan keinginan sebagian besar peserta didik, orangtua, dan tenaga pengajar.
Bahkan, salah saeorang peserta didik bernama Anissa Aufarika mengaku sangat senang karena sekolahnya bisa melakukan PTM kembali.
"Senang, bisa bertemu teman-teman, bisa belajar bersama, dan bertemu guru-guru," ujar Nissa, siswa SMKN 32 Jakarta Selatan, saat diwawancarai oleh Nakita.id, Minggu (29/8/2021).
Tak hanya siswa, para orangtua murid juga mengaku sangat antusias anaknya akan segera PTM kembali.
Pasalnya, sebagian besar orangtua murid menilai, anak-anak akan lebih fokus dan mengerti pelajaran yang diberikan saat PTM dibandingkan sekolah di rumah.
"Antusias sekali, soalnya kalau sekolah tatap muka anak jadi fokus belajarnya. Kalau di rumah, masih amat kurang kekontrol. Kalau sekolah tatap muka, anak juga belajarnya jadi tidak jenuh karena banyak ketemu teman, bisa saling sharing ke temannya," ungkap Anitia, salah satu orangtua murid yang anaknya menjalani PTM hari ini, Minggu (29/8/2021).
Senada dengan Anitia, Adella yang juga orangtua murid menilai bahwa anak akan lebih paham jika dijelaskan langsung oleh guru.
"Jadi, biar si anak bisa belajar di sekolah, biar menjadi paham sama semua pelajaran yang dijelaskan sama guru. Kalau di rumah, cuma mengandalkan jawaban orangtua dan Google daripada dia mencari tahu di buku," kata Adella saat dihubungi Nakita.id, Minggu (29/8/2021).
Namun, dibalik rasa antusias tersebut, baik peserta didik maupun orangtua murid mengaku juga masih takut dengan penyebaran virus Covid-19.
"Takut, cuma kalau sudah divaksin semoga tidak kena corona," kata Nissa.
Begitu juga, yang dirasakan orangtua murid, rasa takut tentu masih dirasakan. Namun, demi kebaikan, anak harus kembali belajar di sekolah.
"Untuk rasa takut sedikit, tapi tinggal bagaimana kita nya saja para orangtua untuk selalu mengingatkan anak menjaga prokesnya," ungkap Anitia.
Adella juga khawatir apabila semakin lama di rumah, anak justru menjadi malas belajar dan lebih suka bermain gadget.
"Rasa takut ada, tapi kalau terus di rumah, anak justru lebih sering bermain handphone daripada belajar. Dan, yang mengajarkan juga bikin pekerjaan yang lainnya hampir terbengkalai walaupun sebenarnya penting juga buat orangtua mengajari anaknya," ujar Adella.
"Tapi, kalau dengan guru, dia lebih bisa mengerti. Sedangkan, di masa pandemi terkadang hanya diberi tugas tanpa dikasih pengertian yang membuat anak-anak kesulitan. Akhirnya orangtua yang mengerjakan dan itu juga belum tentu jawabannya ada di buku yang dipelajari biasanya. Kalau tidak ada, ya search di Google," tutup Adella.
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR