Menurut jurnal Expert Review of Gastroenterology & Hepatology, seseorang bisa mengalami sembelit karena stres karena hormon adrenalin atau hormone epinephrine.
Dalam kondisi stres, kelenjar tubuh akan mengeluarkan hormone adrenalin yang berperan saat seseorang mengalami respons fight-or-flight.
Respons fight-or-flight adalah ketika tubuh bereaksi terhadap sesuatu yang menjadi penyebab stres.
Ketika ada stressor atau penyebab rasa takut datang, tubuh meresponnya dan akan memutuskan apakah akan melawan atau menghindari dari stressor tersebut.
Hormon CRF atau corticotrophin-releasing factor juga dilepaskan ke usus besar.
Akibatnya, tubuh mengalami perubahan aliran darah dari usus ke organ-organ vital seperti jantung, paru-paru dan otak.
Usus kemudian akan mencerna makanan lebih lambat daripada biasanya sehingga menyebabkan sembelit.
Tak hanya itu, stres juga menyebabkan bakteri baik yang ada di dalam usus menjadi bermasalah.
Mengenai hal ini memang belum banyak penelitian yang bisa menjelaskan secara lebih mendetail.
Namun, Medical News Today melaporkan bahwa banyak orang yang percaya stres bisa mengurangi jumlah bakteri baik yang ada di dalam usus.
Akibatnya, pencernaan terganggu dan menjadi lebih lambat daripada biasanya sehingga mengalami sembelit.
Memang apa yang biasanya membuat seseorang menjadi stres sehingga mengalami sembelit?
Ada banyak faktor yang menyebabkan sembelit karena mengalami stres.
Apapun yang membuat seseorang berada dalam posisi kesulitan kemungkinan besar akan menghasilkan stres.
Misalnya gagal lolos dalam tes, mengalami sakit yang tak kunjung menunjukkan gejala kesembuhan, atau masalah dalam bekerja.
Source | : | Kompas.com,Mayo Clinic,Cleveland Clinic,Medical News Today,NCBI,Verywell Mind,mindsethealth.com |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR