Dari situ, mulai banyak spekulasi bermunculan, bahwa imajinasi dan kreativitas anak akan lebih mudah terbentuk apabila ia lebih sering membaca novel yang minim ilustrasi.
Ada anggapan bahwa anak akan lebih terbiasa menginterpretasikan sesuatu, sesuai keinginannya sendiri dari apa yang ia baca dalam buku.
Apakah betul seperti itu?
Dilansir dari Science Daily, sebenarnya tidak selalu seperti itu.
Carol L. Tilley, profesor ilmu informasi di University of Illinois at Urbana-Champaign mengatakan, setiap buku bisa bermanfaat namun bisa juga merugikan pembacanya.
Menurut Tilley, hal ini tergantung dari siapa yang membaca.
Tilley mengakui bahwa selama ini ada kritik terhadap buku komik atau manga yang dibaca oleh anak-anak.
Banyak yang mengatakan bahwa komik tidak memiliki dampak terhadap literasi anak.
Baca Juga: Anak Hanya Suka Membaca Buku yang Sama Berulang Kali, Apakah Baik? Ini Faktanya
Banyak kritik yang menyatakan, buku komik cenderung lebih menyederhanakan informasi yang disampaikannya.
Lain halnya dengan buku novel grafis yang kerap dianggap sebagai 'buku sungguhan' jika dibandingkan dengan buku komik.
Alasannya, buku novel melakukan pendekatan dengan lebih kompleks dengan tulisan dan minimnya ilustrasi.
Namun, Tilley beranggapan bahwa berbagai upaya untuk membaca, termasuk membaca komik, tidak hanya memahami kalimat dalam teks saja.
Menurutnya, membaca adalah menangkap suatu pengetahuan secara komprehensif, sehingga ada pemahaman yang berkorelasi dengan sosial, bahasa, dan budaya.
Semua tergantung pada siapa yang membaca.
Anak yang terbiasa membaca buku novel grafis bisa saja menjadi kesulitan untuk membaca komik yang memiliki gambar dengan alur tertentu.
ShopTokopedia dan Tasya Farasya Luncurkan Kampanye ‘Semua Jadi Syantik’, Rayakan Kecantikan yang Inklusif
Source | : | Science Daily |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR