Nakita.id - Menyapih menjadi hal yang sangat penting, dimana ini waktunya Moms menghentikan rutinitas menyusui bayi dari payudara secara langsung.
Pada dasarnya menyapih bisa dilakukan ketika anak berusia 2 tahun atau ketika dirinya siap diberikan MPASI.
Menyapih anak bukanlah suatu hal yang mudah.
Tak jarang jika proses ini turut mengundang pergolakan batin dan suasana hati tidak karuan.
Mungkin Moms pernah merasa jika menyapih pada anak tidak dilakukan secara sempurna.
Sehingga membuat Moms rentan mengalami stres bahkan hingga depresi.
Menurut Yuan Yovita Setiawan, S.Psi., M.Psi Konselor Psikolog @awalmula.sub, stres yang terjadi ketika merasa gagal menyapih anak disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa memengaruhi dalam perubahan diri Moms.
Pada dasarnya tidak ada anjuran khusus kapan waktu terbaik agar Moms bisa menyapih Si Kecil.
Ia pun berpendapat bahwa menyapihlah jika sekiranya Moms dan Si Kecil telah dirasa cukup siap.
"Menyapih memang proses yang banyak muatan psikologisnya, kenapa karena ketika menyapih ibu mengalami tiga perubahan sekaligus. Ada perubahan hormon, perubahan emosional, dan juga perubahan fisik yang mana jika ketiga faktor ini bertemu menjadi satu maka itu luar biasa stresnya, untuk menyikapi perubahan yang pertama adalah tetapkan dan bangun perspektif baru mengenai menyapih. Menyapih itu tidak perlu buru-buru,menyapih itu bisa pelan-pelan tetapi tetap berproses," ucap Yuan dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id.
Yuan pun menghimbau agar para orangtua tidak perlu membanding-bandingkan Si Kecil dengan teman sebayanya yang telah berhasil lepas dari ASI.
Tanamkan dalam diri jika Si Kecil pun bisa melalui proses penyapihan dengan baik melalui cara dan waktu mereka masing-masing.
"Jadi tidak perlu merasa tersaingi oleh anak orang lain, anak saudara ketika sudah bisa disapih, jangan membanding-bandingkan. Nikmati prosesnya, nikmati perlahan-lahan, take your time karena setiap anak unik dan berbeda-beda," sambungnya.
Mungkin ketika merasa gagal saat menyapih anak membuat Moms memikirkan hal-hal buruk yang tak semestinya dipikirkan.
Moms bisa mengubah pemikiran buruk tersebut dengan melakukan hal-hal positif, semisalnya menambah kedekatan dengan anak.
"Pemikiran-pemikiran negatif itu jangan dipercayai, kita harus tangkal pemikiran negatif karena itu hanya pemikiran kita saja. Sebagai gantinya kita bisa bermain lebih sering dengan anak. Misalnya lakukan skin to skin, memeluk anak, menggendong anak, itu perbanyak ketika memnag sudah menyapih untuk mengatur kenyamanan psikologis," ujar Yuan.
Perubahan emosi yang berubah-ubah ketika sedang menyapih memang wajar saja bila terjadi.
Tetapi jangan sampai perubahan buruk tersebut dibiarkan berlarut-larut.
Moms bisa ceritakan seluruh kepenatan dan unek-unek yang telah dilalui selama menyapih anak dengan menceritakan permasalahan kepada orang yang bisa dipercaya.
Curhatkan segala keluh kesah kepada suami, teman, ataupun keluarga.
Tetapi, Yuan juga menghimbau jika permasalahan terasa cukup sulit maka tak ada salahnnya untuk menceritakan kepada tenaga profesional seperti psikolog yang bisa mendengarkan dan memberikan saran jika diperlukan.
"Untuk perubahan emosi silakan bicarakan dengan suami, cari bantuan dari teman jadi curhat sama temen yang juga menyapih, sama orangtua konsultasikan mengenai perasaan-perasaan negatif yang muncul dan ketidaknyamanan yang dirasakan. Kalau support systemnya baik maka mereka akan menyediakan dukungan. Kalau terlalu menekan dan dirasa tak sanggup bisa mencari bantuan profesional seperti psikolog," pungkas Yuan.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR