Nakita.id - Setidaknya anak-anak kita merasakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) sudah lebih dari satu tahun.
Pandemi Covid-19 membuat mereka harus menjalankan semua kegiatan sekolah dari rumah.
Namun, dengan kasus Covid-19 yang semakin menurun, pemerintah melakukan kelonggaran untuk aktivitas masyarakat.
Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar yang selama ini dilakukan secara daring.
Pemerintah mulai melakukan kebijakan pembelajaran tatap muka (PTM) yang sudah diberlakukan di beberapa wilayah.
PTM hanya bisa dilakukan di wilayah yang menjalankan PPKM level 3 ke bawah.
PTM di wilayah PPKM level 3 pun dilakukan dengan membatasi jumlah kapasitasnya.
Dengan adanya pelaksanaan PTM ini, tentunya banyak yang harus dipersiapkan oleh anak.
Baca Juga: Menjaga Komunikasi Ternyata Penting Dilakukan oleh Guru dan Orangtua, Moms Wajib Lakukan Hal Ini
Anak dituntut untuk harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran yang baru.
Apalagi, sistem pembelajaran ini disesuaikan dengan berbagai macam hal, seperti protokol kesehatan.
Sehingga, sistem pembelajaran yang berbeda ini memengaruhi suasana di dalam lingkup sekolah.
Proses anak beradaptasi harus diperhatikan, lo, Moms.
Sebab, tak menutup kemungkinan ada kesulitan yang dihadapi anak di tengah proses penyesuaiannya.
Transisi yang cenderung cepat dari sekolah tatap muka, PJJ, lalu kembali ke sistem tatap muka kembali dengan berbagai penyesuaian tentu saja tak mudah untuk dihadapi anak.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan oleh Moms di rumah bersama guru yang ada di sekolah?
Melansir dari KFF, selama pandemi anak mengalami berbagai macam tantangan emosional.
Semua hal harus dilakukan di rumah dan tak sedikit yang juga harus merasakan tantangan ekonomi juga.
Menurut ahli, kondisi emosional anak yang cenderung buruk di masa pandemi berpotensi membuat transisi ke sistem yang baru ini akan menimbulkan banyak tantangan.
Tak menutup kemungkinan, anak juga mengalami kecemasan untuk kembali ke sekolah.
Menjelang Hari Guru Sedunia, Moms wajib memahami mengapa kerjasama antara orangtua dan guru sangat dibutuhkan di masa PTM ini.
Di sekolah, Moms tidak bisa sepenuhnya memantau perkembangan belajar anak.
Maka dari itu, dibutuhkan kerjasama dengan guru sebagai pengganti orangtua selama anak belajar di sekolah.
Sedangkan di rumah, Moms dan Dads adalah yang paling mengetahui perkembangan anak di rumah.
Mengapa hal ini penting diketahui oleh guru?
Guru memberikan perlakuan atau treatment yang berbeda-beda pada setiap anak, tergantung dari latar belakang yang dimilikinya.
Apabila anak diketahui memiliki kesulitan saat di rumah, bisa jadi memengaruhi performanya untuk belajar di sekolah.
Jika orangtua mengomunikasikan kendala apa yang dihadapi anak saat di rumah, guru akan lebih mudah untuk memutuskan treatment seperti apa yang harus dilakukan pada anak.
Di sekolah tak hanya performa anak dalam belajar saja yang penting.
Bagaimana anak bergaul dengan teman-temannya juga penting untuk diketahui.
Orangtua dan guru juga berhak mengetahui perkembangan kemampuan sosial dengan teman sebayanya.
Selama masa PTM, anak bisa saja mengalami penolakan terhadap metode pembelajaran baru di sekolah.
Ada berbagai macam alasan, lo, mengapa anak merasa tidak nyaman di sekolah dan sering menolak untuk berangkat sekolah.
1. Ingin menghindari sesuatu
Adanya penolakan untuk berangkat sekolah dari anak bisa saja disebabkan karena anak merasa tidak ingin menghadapi sesuatu.
Bisa saja karena beban tugas yang terlalu berat, masalah dengan teman satu kelas, atau takut dipanggil untuk mengerjakan tugas di depan kelas.
Sehingga anak merasa cemas, khawatir, dan takut setiap kali menghadapi yang ia takutkan.
2. Mendapatkan perhatian
Selama ini dengan PJJ anak bisa belajar di rumah secara lebih dekat dengan orangtuanya.
Karena terlalu lama bersama orangtua di rumah, bisa saja anak mengalami kesulitan untuk belajar tanpa ditemani orangtua.
Adanya penolakan untuk pergi ke sekolah bisa saja disebabkan oleh ketidaksiapan anak untuk jauh dari orangtua.
3. Bolos sekolah
Dengan terlalu lama belajar di rumah, anak mendapatkan akses hiburan yang lebih mudah.
Alasan anak menolak untuk PTM bisa saja karena ingin bermain.
Kendala-kendala seperti ini memang wajib diketahui dan ditemukan titik tengahnya dari orangtua dan guru.
Lalu, apa saja yang bisa dilakukan Moms dan guru untuk mendampingi anak di tengah pelaksanaan PTM?
Sering kali orangtua hanya berkomunikasi dengan guru pada saat-saat tertentu saja.
Misalnya, pada saat pertemuan orangtua.
Sebaiknya, komunikasi antara guru dan orangtua bisa dilakukan secara berkala.
Misalnya, guru memberikan catatan untuk orangtua mengenai perkembangan anak selama satu minggu.
Dengan begitu, orangtua tentu akan lebih mudah mengetahui perkembangan anak di sekolah secara berkala.
Orangtua akan lebih mudah untuk memantau perkembangan anak dibandingkan hanya pada saat pertemuan orangtua saja.
Bagaimana jika dalam catatan tersebut anak mengalami kesulitan dan penurunan dalam performanya di sekolah tatap muka?
Dilansir dari Raising Children, orangtua dan guru bisa langsung berdiskusi untuk membahas permasalahan yang dialami buah hati.
Berikut adalah hal yang wajib dilakukan guru dan orangtua jika ditemukan masalah pada anak:
1. Mengetahui duduk permasalahannya
2. Adakan curah pendapat (brainstorming) untuk menemukan solusinya
3. Putuskan solusi apa yang baik untuk anak dilihat dari pro dan kontranya
4. Evaluasi solusi jika sudah dijalankan
Pastikan Moms dan Dads datang di waktu yang senggang dan tidak terdesak dengan urusan lain, sehingga pertemuan bisa membuahkan hasil yang maksimal.
Mempersiapkan dan menjalani PTM memang butuh perhatian ekstra.
Ada berbagai macam tantangan yang harus dihadapi oleh anak saat melaksanakan PTM.
Untuk itu, dibutuhkan kerjasama antara orangtua dan guru demi performa belajar anak di sekolah dengan sistem yang baru.
Selamat Hari Guru Sedunia bagi guru di seluruh Indonesia.
4 Rekomendasi Susu Penggemuk Badan Anak yang Bisa Bikin Si Kecil Lebih Gemuk dan Sehat
Source | : | raising children,CDC,kff.org,Verywell Family |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR