Nakita.id - Kasus gizi buruk di berbagai belahan negara termasuk di Indonesia selalu menjadi perhatian.
Gizi buruk seringkali menimpa pada anak-anak usia sekolah bahkan hinga batita.
Anak-anak yang mengalami gizi buruk disebabkan karena mereka tak mendapatkan gizi, nutrisi, mineral, vitamin, kalori yang cukup.
Baca Juga: Tak Main-main, Ini 4 Dampak Buruk Stunting yang Dapat Menyerang Buah Hati Kita
Gizi buruk sangatlah berbahaya, karena pasti akan memengaruhi terhadap tumbuh kembangnya kelak.
Diagnosis harus dilakukan secara tepat guna mencegah risiko berbahaya yang diakibatkan dari kurangnya gizi pada anak.
Ketika mengetahui ada tanda gizi buruk pada anak, sebaiknya langsung diperiksakan ke dokter atau ahli kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut.
Perawatan gizi buruk pada anak sudah seharusnya melakukan perawatan yang lebih intensif.
Ririn Rochmawati, S.Gz, Ahli Gizi Puskesmas Gayam Bojonegoro Jawa Timur, mengatakan pihaknya selalu melakukan kontroling jika terdapat anak yang mengalami gizi buruk.
Peran puskesmas dalam menjaring informasi didapatkan dari kader posyandu yang bertujuan untuk mendeteksi anak-anak yang mengalami gizi buruk.
Jika ditemukan anak yang status gizinya di bawah garis merah pada kartu menuju sehat (KMS) pihak puskesmas langsung bertindak cepat dengan melakukan kunjungan agar mendapatkan perawatan yang lebih tepat.
"Mendapat data dari hasil posyandu apabila ditemukan anak gizi buruk atau status gizinya di bawahgaris merah di kms akan validasi dengan melakukan kunjungan ke rumah," ucap Ririn dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Selasa (5/10/2021).
Ririn mengungkapkan bahwa hasil pemeriksaan memengaruhi apakah anak yang mengalami gizi buruk perlu dilarikan ke rumah sakit atau hanya rawat jalan saja.
Dalam menangani permasalahan gizi buruk pihak puskesmas melakukan pemeriksaan bersama para tenaga ahli kesehatan lainnya untuk terus mengontrol status gizi anak.
"Ketika anak gizi buruk bisa melakukan rawat jalan atau hanya di rumah saja. Ada beberapa pemeriksaan yang biasanya ber tim ada bidan setempat, dokter, dan ahli gizi," sambungnya.
Petugas kesehatan yang mendatangi keluarga yang mengalami masalah gizi terus melakukan pemantauan kondisi.
Ririn menyatakan jika pihak puskesmas terus melakukan pemantauan secara rutin hingga nanti kondisi anak kembali pulih dan terbebas dari gizi buruk.
"Jika dirawat jalan biasanya nafsu makannya masih bagus, jadi gakpapa rawat jalan. Setiap satu atau dua minggu sekali ahli gizi melakukan kunjungan ke rumah untuk monitoring sampai anak terbebas dari gizi buruk," ujarnya.
Tetapi, jika status gizi buruk anak memasuki ciri-ciri yang berbahaya seperti menyusutnya berat badan maka akan ada tindakan kusus.
Anak-anak yang gizinya kurang hingga ditemukan adanya edema atau penumpukan cairan di dalam tubuhnya akan mendapatkan perawatan yang lebih dengan dirujukkan ke rumah sakit.
"Untuk perawatan ke rumah sakit biasanya karena anak nafsu makannya sudah turun, lemas, dan ada edema juga dibadannya," pungkas Ririn.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR