Nakita.id - Setiap anak yang terlahir ke dunia memiliki kelebihannya masing-masing.
Termasuk, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Sama seperti anak normal lainnya, anak berkebutuhan khusus juga terlahir dengan memiliki bakat yang berbeda-beda.
Bakat merupakan salah satu anugerah yang diberikan oleh Tuhan agar orang-orang bisa mengembangkan dan mewujudkan keinginannya dari bakat tersebut.
Biasanya bakat dihasilkan dari kemampuan diri sendiri maupun adanya dorongan dari lingkungan, seperti teman atau keluarga.
Bakat yang ada pada anak berkebutuhan khusus harus diberikan stimulus dan dibarengi dengan kesempatan mencoba untuk berkambang.
Moms dan Dads harus tahu kalau bakat pada anak berkebutuhan khusus harus dioptimalisasikan oleh orangtua mereka.
Maka dari itu, daripada dipendam, sebaiknya para orangtua mulai berani untuk mengembangkan bakat anak berkebutuhan khusus.
Hal yang sama juga dikatakan oleh dr. Tri Gunadi, AMD. OT, S.Psi, pendiri Yamet Child Development Center, cara pertama yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan bakat anak berkebutuhan khusus adalah orangtua harus memahami anak.
Orangtua harus menyadari dan mengenal lebih dalam apa saja minat dan bakat yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus.
Menjalani kehidupan bersama-sama sudah seharusnya Moms dan Dads mengetahui hal apa saja yang anak berkebutuhan khusus sukai.
"Orangtua harus tahu anak, sering kali orangtua enggak tahu anak, akhirnya anak tidak teranalisa, seharusnya orangtua adalah the best karakternya anak, yang harus tahu anak adalah orangtuanya sendiri," ucap dr. Tri dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Senin (1/11/2021).
Baca Juga: Bukan Cuma Down Syndrome, Ini Macam-macam Anak Berkebutuhan Khusus yang Harus Dikenal Lebih Dalam
Bakat di dalam jiwa anak berkebutuhan khusus perlu digali lagi oleh para orangtua.
Moms mungkin bisa melihat hal apa saja yang mereka sukai ketika mereka sedang melakukan rutinitas harian.
Jika bakatnya sudah terlihat, maka orangtua tinggal mengembangkannya agar lebih optimal.
"Orangtua harus mengobservasi, harus menganalisa anaknya itu tertarik apa, minatnya apa. Bakat itu dimulai dari ketertarikan, ketertarikan itulah yang akan dikembangkan," sambung dr. Tri.
Mengembangkan bakat anak berkebutuhan khusus memang berbeda dibandingkan dengan anak normal seusianya.
Pada anak normal mungkin lebih mudah untuk menentukan bakatnya, karena bakat tersebut bisa dilakukan tanpa melihat kelemahan yang dialami anak.
Tetapi, pada anak berkebutuhan khusus, bakatnya ini perlu digali namun juga harus memperhatikan apakah bakat tersebut membahayakan dirinya atau tidak.
"Pada anak berkebutuhan khusus memang agak berbeda sedikit dengan anak normal. Anak normal enggak usah ngurusin kelemahan. Tetapi, pada anak berkebutuhan khusus itu, jangan selalu hanya mengurusi kelemahan, tapi juga harus imbang antara melihat kelemahan untuk didongkrak dengan terapi, tapi juga harus menganalisa ketertarikan untuk jadi bakat," ujarnya.
Mengembangkan bakat bagi anak berkebutuhan khusus bisa dilakukan sejak mereka masih dalam usia dini.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mencukupi Kebutuhan Gizi Anak Berkebutuhan Khusus? Ini Penjelasannya Menurut Ahli
Moms bisa memberikan sebanyak-banyaknya stimulus dan biarkan mereka memilih bakat apa yang memang mereka sukai.
Jika Moms sudah tahu kegiatan apa saja yang mereka sukai, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan agar bakat yang dimilikinya semakin berkembang.
"Prinsipnya mengembangkan bakat itu tebar benih sebanyak mungkin, jadi semenjak kecil tebarkan dengan stimulus banyak yang ditangkap anak apa, yang direspon yang mana, itu yang dikembangin," imbuhnya.
Salah satu kunci keberhasilan menemukan bakat anak berkebutuhan khusus adalah dengan mengedepankan sikap optimis.
Bila masih belum berhasil, Moms dan Dads bisa terus menggali dengan memberikan stimulus terbaik agar bakat anak berkebutuhan khusus kian terlihat.
"Jangan pernah pesimis, jangan pernah skeptis dengan stimulus," pungkas dr. Tri.
Dorong Bapak Lebih Aktif dalam Pengasuhan, Sekolah Cikal Gelar Acara 'Main Sama Bapak' Bersama Keluarga Kita dan WWF Indonesia
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR