Nakita.id - Moms tentu sudah tak asing lagi dengan bullying.
Perilaku buruk ini membuat korban merasa teraniaya ketika ada orang lainnya (pelaku) yang membuat suasana hati korban merasa tak nyaman.
Bullying bisa dilakukan dalam bentuk fisik, seperti menendang, memukul, mencekik atau tindakan yang mengarah pada fisik, ataupun bullying secara verbal dengan memberikan julukan yang kurang pantas.
Perilaku bullying ini pun kerap terjadi pada anak-anak.
Apalagi, pada anak berkebutuhan khusus (ABK), perilaku bullying lebih rawan terjadi.
Hal itu terjadi lantaran anak berkebutuhan khusus terlahir memiliki kekurangan dan tak sama dengan teman sebayanya.
Sebagai orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus, tentu saja perilaku bullying ini banyak dikecam.
Moms dan Dads tentu saja merasa sedih, marah, dan tak terima ketika anak yang mengalami kekurangan ini diledek oleh orang-orang di sekitarnya.
Terkadang perilaku bullying membuat para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus merasa kecewa.
Menurut dr. Tri Gunadi, AMD. OT, S.Psi, pendiri Yamet Child Development Center, mengatasi bullying pada anak berkebutuhan khusus kuncinya ada pada sikap penerimaan orangtua.
Jika Moms dan Dads telah menerima (acceptance) kehadiran Si Kecil yang memiliki kekurangan, maka semakin mudah juga mengatasi bullying yang kerap dilontarkan oleh orang sekitar.
Bahkan, orangtua yang telah menerima bisa dengan bangga mengakui jika anaknya memiliki kekurangan, tetapi bukanlah suatu masalah yang besar.
"Sangat penting membuat orangtua ada dulu di level acceptance, dimana dalam level ini orangtua merasa tahan banting untuk siap menyikapi dan dengan bangganya mengatakan bahwa anak saya berkebutuhan khusus," ujar dr. Tri dalam wawancara ekslusif bersama Nakita.id, Senin (1/11/2021).
Biasanya ketika anak berkebutuhan khusus terkena bullying, orangtua yang belum berada di tahap penerimaan akan merasa malu dan bisa saja malah menyalahkan kondisi sang anak.
Tetapi, berbeda halnya ketika orangtua sudah menerima kondisi kekurangan sang anak. Ketika anak terkena bullying, Moms akan mengakui jika Si Kecil memang berbeda dengan teman sebayanya.
"Setelah orangtua memasuki level acceptance, itu dia tidak akan malu, orangtua akan merasa terbuka bahwa anaknya spesial," sambungnya.
Pelaku bullying sering dilakukan oleh orang-orang terdekat.
Anak berkebutuhan khusus bisa saja terkena bullying di lingkungan sekitarnya, baik itu di rumah atau di sekolah.
Perilaku bullying memang tak bisa dibenarkan, tetapi jika orangtua sudah menerima, maka mereka tak lagi marah dan mengeluarkan kata-kata kasar bagi si pelaku.
Orangtua yang telah menerima kondisi Si Kecil yang berbeda ini cenderung bisa mengontrol emosionalnya dengan baik.
Orangtua acceptance lebih memilih untuk mengedukasi sang pelaku untuk memahami sikap dan perilaku anak berkebutuhan khusus yang memang berbeda.
"Bahkan, orangtua yang acceptance mulai mengedukasi tetangga, masyarakat sekitar, bahwa anaknya spesial. Juga, membantu mengedukasi guru dan teman-teman anak, kalaupun nantinya orangtua atau anak mendapatkan bullying, itu akan bisa di-handle dengan baik dan bahkan mengedukasi si pembulinya," pungkas dr. Tri.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR