Nakita.id - Jika membicarakan tentang kekerasan terhadap perempuan, memang tidak ada habisnya.
Apalagi jika terjadi di lingkungan yang cenderung masih patriarkis seperti masyarakat kita kebanyakan.
Hingga saat ini, kekerasan terhadap perempuan masih terjadi.
Ironisnya, di masa pandemi kekerasan terhadap perempuan mengalami peningkatan.
Dari laporan yang didapat oleh Komnas Perempuan, tahun 2020 kasus kekerasan pada perempuan mengalami peningkatan sebanyak 60 persen.
Semula di tahun 2019 terdapat 1.413, meningkat menjadi 2.389 di tahun 2020.
Selama ini apabila membicarakan kekerasan terhadap perempuan diasosiasikan terhadap kekerasan secara fisik.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah salah satu dari bentuk kekerasan secara fisik.
Tak hanya itu, kekerasan seksual juga seringkali diasosiasikan terhadap perempuan.
Sayangnya tak banyak diketahui orang, kekerasan emosional juga menjadi salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan, lo, Moms.
Kekerasan emosional seringkali dilakukan secara verbal atau melalui ucapan.
Biasanya, ucapan tersebut bersifat menyudutkan dan membuat pasangan merasa terintimidasi.
Bisa dibilang, kekerasan emosional ini adalah suatu bentuk manipulasi agar seseorang mau melakukan yang diinginkan oleh pasangannya.
Wajib Moms tahu, menurut Komnas Perempuan, sebanyak 28 persen kekerasan terhadap perempuan di tahun 2020 tergolong kekerasan emosional.
Angka ini menempati peringkat ketiga setelah kekerasan fisik (31 persen) dan kekerasan seksual (30 persen).
Wajib Moms ketahui, kekerasan secara emosional ini juga masih terbagi-bagi lagi menjadi beberapa jenis, lo.
Moms wajib mengetahui apa saja yang termasuk sebagai kekerasan emosional terhadap perempuan.
Menyambut Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Moms wajib tahu apa saja yang tergolong kekerasan emosional yang seringkali menimpa banyak sesama perempuan.
Apa saja?
1. Gaslighting
Melansir dari Verywell Mind, perilaku gaslighting adalah salah satu bentuk manipulasi.
Bagaimana, kita tahu bahwa pasangan kita melakukan gaslighting?
Seseorang yang melakukan gaslighting biasanya mengatakan berbagai hal yang terkesan menyudutkan pasangannya.
Pasangannya akan langsung berpikir dua kali, mengenai masa lalu, persepsi terhadap hal lain, hingga konsep akan diri sendiri.
Gaslighter, sebutan terhadap seseorang yang melakukan gaslighting ini akan cenderung menganggap hal yang dikatakan pasangannya adalah kebohongan atau hal yang dibuat-buat belaka.
Berikut adalah tanda-tanda Moms mengalami gaslighting oleh pasangan:
1. Sering meragukan pendapat sendiri, terutama setelah berbincang dengan pasangan
2. Meragukan penilaian terhadap diri sendiri
3. Merasa tidak secure dan takut mengungkapkan perasaan
4. Merasa tak berdaya
5. Terlalu fokus pada kesalahan diri sendiri sehingga berusaha untuk selalu meminta maaf
Yang perlu diwaspadai lagi, Moms menjadi sering menyalahkan diri sendiri.
Apabila sudah tanda-tanda di atas, Moms bisa jadi adalah korban gaslighting.
Moms wajib untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tak terjadi lagi kebiasaan gaslighting antara Moms dan pasangan.
Salah satu caranya, Moms bisa meminta pendapat dan bantuan dari orang terdekat yang dipercaya.
2. Sikap posesif
Kecemburuan dalam suatu hubungan memang sangat wajar.
Namun, apabila kecemburuan tersebut berubah menjadi sikap posesif, Moms perlu berhati-hati.
Sikap posesif biasanya ditandai dengan perilaku berikut ini:
1. Terlalu sering menanyakan keberadaan
2. Terlalu sering merasa kesal jika Moms sedang dengan teman-teman
3. Terlalu sering cemburu
4. Selalu berkomentar pada pakaian yang digunakan
5. Menjauhkan Moms dari teman-teman
Salah satu yang sering terjadi, pasangan tak mampu untuk membangun kepercayaan dengan Moms.
Seringkali sikap posesif diasosiasikan dengan tanda bahwa seseorang menyayangi kita.
Namun, lagi-lagi, jika hal ini membuat Moms menjadi jauh dari banyak orang, maka yang terjadi adalah pada usaha untuk menguasai batas-batas privasi.
3. Body shaming
Body shaming biasanya ditemukan pada kehidupan sehari-hari.
Perilaku body shaming ditandai oleh seseorang mengomentari bentuk tubuh orang lain dan membuatnya merasa tersinggung.
Hal ini juga bisa saja terjadi di dalam sebuah hubungan seseorang.
Pasangan akan terlalu mengontrol dan mengomentari bentuk tubuh pasangannya.
Perempuan memang sangat sering menjadi target body shaming, namun tak memungkiri hal ini terjadi juga pada laki-laki.
Menurut Psychology Today, body shaming akan memiliki dampak buruk terhadap psikologis.
Salah satunya adalah self-destructing atau berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri.
Yang seringkali tak disadari, perilaku self-destructing ini bisa saja berujung pada gangguan makan.
Orang yang mengalami gangguan makan harus membutuhkan bantuan dari ahli.
Dalam suatu hubungan support atau dukungan sangat dibutuhkan.
Itulah Moms beberapa tanda kekerasan emosional di dalam sebuah hubungan.
Kekerasan emosional akan membuat korbannya merasa tak berdaya.
Seringkali perempuan menjadi korban kekerasan emosional, sehingga kekerasan emosional dimauskkan dalam daftar bentuk kekerasan terhadap perempuan menurut Komnas Perempuan.
Perlunya untuk mengetahui hal ini adalah agar adanya pengetahuan mengenai kekerasan emosional yang selama ini masih sering dinormalisasi di kehidupan kita.
Selamat hari anti kekerasan terhadap perempuan, Moms.
Source | : | Kompas.com,Bustle,Psychology Today,Parapuan |
Penulis | : | Amallia Putri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR