Nakita.id - Trimester pertama kehamilan merupakan babak kehidupan baru yang harus dijalankan bagi para calon ibu.
Moms tentu perlu menyesuaikan segala macam aktivitas yang kerap dilakukan dengan kondisi kesehatan diri sendiri dan juga bayi yang ada di dalam kandungan.
Para ibu hamil yang baru memasuki trimester pertama kehamilan perlu membatasi segala kegiatan untuk mengurangi risiko terjadinya keguguran.
Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan: Makan Buah Pepaya Saat Hamil Bisa Membahayakan Janin, Benarkah Begitu?
Hal itu dikarenakan keguguran selama masa kehamilan awal memang sangat berisiko terjadi.
Keguguran merupakan hal yang umum terjadi.
Kondisi seperti ini bisa terjadi kepada siapa saja dan lebih rentan mengalami keguguran.
Saat diwawancarai oleh Nakita.id, Senin (6/12/2021), Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan Konsultan Fertilitas Endokrinologi Reproduksi, RSIA Brawijaya Antasari, Dr. Malvin Emeraldi SpOG (K) FER, mengatakan jika keguguran lebih sering terjadi saat usia kehamilan masih terbilang cukup muda.
Pada trimester pertama kehamilan, sangat mungkin untuk terjadinya keguguran.
Sebagian besar keguguran terjadi dalam waktu 20 minggu pertama kehamilan.
Namun, adanya indikasi keguguran juga bisa disebabkan ketika berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Kondisi janin yang tidak mendukung kehamilan untuk berkembang pada umumnya menyebabkan keguguran.
"Keguguran itu patokannya di bawah lima sampai enam bulan, dua puluh atau dua puluh empat minggu. Jadi, ada patokan dari usia kehamilan dan juga berat janin," ucap dr. Malvin.
Salah satu tanda terjadinya keguguran adalah perdarahan.
Jika usia kandungan di bawah lima bulan dan mengalami perdarahan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
"Perdarahan saat hamil di bawah 5-6 bulan sama perdarahan di atas enam bulan atau bahkan delapan bulan, ya pronosisnya lebih baik pada saat dia hamil lebih besar," imbuhnya.
Biasanya nanti dokter akan memeriksakan kondisi kesehatan untuk ibu dan juga janin.
Jika perdarahan terjadi pada usia kehamilan yang lebih matang namun sangat berisiko, yang dikhawatirkan menyebabkan kematian pada janin, dokter biasanya akan mengeluarkan janin dari rahim.
Meskipun nantinya bayi lahir prematur.
"Tindakannya kita bisa sampai cepat-cepat melahirkan si bayi, walau lahir prematur tapi minimal janin masih bisa diselamatkan," ucap dr. Malvin.
Tetapi, jika masih dalam timester pertama kehamilan, dokter lebih menyarankan para ibu hamil untuk beristirahat.
Ibu hamil harus mengurangi beragam aktivitas yang membuat kondisi tubuh merasa kelelahan.
Bila diperlukan, dokter akan meresepkan obat-obatan untuk memperkuat kondisi janin.
"Tapi, kalau usia kehamilannya masih lima bulan kurang, tiga bulan tidak ada hal yang bisa dilakukan. Kecuali, ibunya istirahat total dan kita lakukan pencegahan-pencegahan, pemberian obat-obatan tertentu untuk mencegah proses itu terjadi," ungkap dr. Malvin.
Penulis | : | Ruby Rachmadina |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR