Nakita.id - Apakah Si Kecil mengalami speech delay?
Moms harus tahu, speech delay adalah suatu masalah dimana Si Kecil mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya.
Masalah ini seringkali dialami pada anak usia prasekolah.
Padahal, Moms tak bisa sembarang mengabaikan tahap perkembangan anak usia prasekolah.
Selain itu, jangan berekspektasi tinggi kalau anak akan langsung bisa bicara.
Yuk, kita simak faktor penyebab sekaligus cara mengatasi speech delay menurut psikolog.
Menurut psikolog di Rumah Sakit Pondok Indah – Bintaro Jaya, Jane Cindy Linardi, M.Psi, Psi, CGA, ada dua faktor penyebab anak terkena speech delay.
Pertama adalah, adanya kemungkinan keterlambatan perkembangan bicara sejak bayi.
"Kalau speech delay ini, orangtua harus tahu tanda-tandanya bagaimana," terang Jane dalam wawancara eksklusif dengan NakitaID pada Minggu (12/12/2021).
Orangtua bisa mulai melihat dan mengobservasi sejak bayi, tepatnya pada usia 2-3 bulan dimana bayi mulai cooing.
"(Usia) 4 bulan sudah lebih aktif tuh. Cooing terus mengoceh, kisaran 6, 7, 8 bulan," ungkap Jane.
Kemudian, lanjut Jane, saat menginjak usia satu tahun, anak sudah mulai bisa mengucapkan kata tunggal, seperti "susu", "papa", "mama", "mau", dan dan lain-lain.
"Terus, bayi dua tahun biasanya sudah bisa menggabungkan dua kata menjadi kalimat sederhana. Misalnya, 'Mau main', 'Mana mama?'. Nah, itu di (usia) dua tahun itu," ungkap Jane.
Jane menyarankan apabila tanda-tandanya tidak sesuai dengan yang telah disebutkan sebelumnya, segera konsultasikan dengan dokter anak.
"Dan juga biasanya, kalau masing-masing usia bayi sampai usia anak prasekolah kan masih lumayan sering tuh vaksin ke dokter anak. Nah, sekalian tuh boleh minta ke dokter anaknya buat screening," saran Jane.
"Kalau memang kelihatannya ada keterlambatan, langsung segera lakukan tes terapi bicara. Supaya memang benar-benar perkembangan bicaranya itu lebih optimal," jelasnya.
Kemudian yang kedua adalah, pola pengasuhan orangtua.
"Speech delay itu juga disebabkan anaknya terlalu sering main gadget (gawai), nonton TV tanpa pengawasan," ungkap Jane.
"Anaknya nangis sedikit, dikasih gadget. Anaknya nangis sedikit, diberi tontonan YouTube. Supaya orangtuanya enggak kerepotan begitu, (karena) harus ngeladenin si anak," jelasnya.
Padahal, menurut Jane, hal seperti ini sangat tidak bagus, karena bisa membuat kemampuan bicaranya tidak terasah maupun tidak terstimulasi.
Baca Juga: Penyebab Gangguan Perkembangan Anak Usia Prasekolah, Moms Harus Tahu Agar Bisa Langsung Diatasi
Apa yang bisa Moms lakukan? Hal yang pasti adalah membatasi penggunaan gadget pada anak.
"Untuk anak usia 0-2 tahun itu tidak diperbolehkan main gadget. (Usia) 3-5 tahun boleh, tapi maksimal satu jam pendampingan. Konten juga diawasi, ya konten-konten sesuai usianya ya," kata Jane.
Selain itu, menurut Jane, orangtua juga perlu sering-sering mengajak anak bicara.
"Dan bicaranya jangan bahasa bayi, ya. Kalau misalkan anak usia prasekolah itu masih ngomongnya 'Mimi, cucu', nah kitanya sebagai orangtua jangan ikut-ikutan. Harus dengan bahasa yang benar, 'Kamu mau minum susu?' begitu. Seperti itu juga penting untuk mempengaruhi perkembangan bicara," tegasnya.
Semoga bermanfaat untuk Moms, ya.
Baca Juga: Lakukan 4 Cara Ini Agar Literasi Si Kecil Terasah Sedini Mungkin
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR