Nakita.id - Semua orang tentu tak asing dengan istilah depresi.
Depresi adalah perasaan sangat sedih atau suasana hati yang buruk.
Namun sayangnya, hampir sebagian besar yang belum begitu mengenal dengan gangguan kesehatan mental ini.
Padahal, gangguan depresi merupakan kondisi yang tak main-main dan bisa berdampak pada banyak orang, termasuk Moms sendiri.
Bahkan dalam kasus parah, bisa menjadi gangguan berat dan berdampak pada kesehatan mentalnya.
Hal inilah yang membuatnya perlu diwaspadai, karena kemungkinan menderita major depressive disorder (MDD) atau gangguan depresi mayor.
Baca Juga: Mengenal Depresi Covert yang Kerap Dialami Para Ibu Pasca Mengalami Keguguran
Berdasarkan temuan data dari White Paper di wilayah Asia Pasifik bertajuk "Rising Social and Economic Cost of Major Depression: Seeing the Full Spectrum", terdapat sebanyak 71% pasien menderita gejala MDD yang memburuk, karena pengobatan tidak disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Sebagai kesimpulan, Asia Pasifik memiliki tingkat penyakit depresi dan penyakit jiwa yang jauh lebih tinggi daripada bagian lain dunia.
Bahkan, orang yang hidup dengan depresi tingkat produktivitasnya berkurang hingga 40% daripada individu yang sehat.
Sedangkan, harapan hidup seseorang dengan MDD adalah 20 tahun lebih pendek dari rata-rata.
Tak hanya itu, Moms. Data riset kesehatan dasar dari Kemenkes Indonesia tahun 2018 juga menunjukkan, sebanyak 6.1% penduduk berumur setidaknya 15 tahun di Indonesia menderita depresi.
Juga, berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2019, terdapat 1.800 jiwa per tahunnya yang meninggal akibat bunuh diri, dimana 23.2% dari kalangan ini menyandang penyakit jiwa.
Oleh karenanya, Johnson & Johnson Indonesia melaksanakan Depression Awareness Campaign "Kupas Tuntas Mengenai Depresi" secara virtual pada 4 Desember 2021 dan 14 Desember 2021.
Langkah ini merupakan keberlanjutan komitmen dari Johnson & Johnson Indonesia terhadap kepedulian atas kesehatan jiwa.
Dalam kegiatan webinar yang dilaksanakan pada Selasa (14/12/2021), dr. Nalini Muhdi, Sp.KJ(K), FISCM menjadi narasumber untuk membagikan terkait seluk belum depresi dan cara mengatasinya.
Menurut dr. Nalini, gangguan depresi telah menjadi penyakit yang menempati posisi teratas di dunia, dan bisa mengakibatkan kualitas hidup menurun.
Umumnya, gangguan ini memiliki gejala seperti mood (suasana hati) yang sedih atau empty (kosong), memiliki gangguan tidur, mudah tersinggung, sering menyalahkan diri sendiri, cepat lelah, dan lain-lain.
Kemudian, untuk faktornya sendiri ada bermacam-macam menurut dr. Nalini.
Berikut adalah penjabarannya.
1. Faktor Biologi
Gangguan depresi bisa jadi disebabkan oleh keturunan, atau neurotransmiter pada otak, terutama serotonin.
2. Faktor Kognitif
Gangguan depresi bisa jadi disebabkan oleh distorsi kognitif, atau pemikiran negatif.
Baca Juga: #BerperanSama yang Harus Dads Lakukan Ketika Moms Menyusui Supaya Tidak Stres atau Depresi
3. Faktor Risiko
Gangguan depresi bisa jadi disebabkan oleh riwayat trauma masa lalu, masalah-masalah dalam relasi/finansial/pekerjaan, atau kehilangan sesuatu yang dicintainya.
4. Faktor Risiko Lainnya
Gangguan depresi bisa jadi disebabkan oleh temperamen, jenis kelamin, budaya/lingkungan sosial, atau penyakit kronis seperti penyakit kardiovaskuler.
Apabila Moms mengalami salah satunya, segera berobat ke dokter kesehatan jiwa atau psikolog untuk ditangani.
Yuk, jangan biarkan gangguan depresi mengganggu kesehatan fisik, psikis, dan sosial kita!
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Poetri Hanzani |
KOMENTAR