Nakita.id - Mitos vs fakta kali ini terkait anak usia prasekolah yang sering menonton TV bisa menjadi autis.
Moms mungkin sering menemukan kasus seperti ini, dimana Si Kecil sering menonton TV dalam jangka waktu lama.
Akibatnya, ketika Moms memanggilnya, Si Kecil tidak menyahut sama sekali.
Moms tentu khawatir dengan hal ini, dan takut apakah anak menjadi autis karena tidak menyahut.
Akan tetapi, lantas benarkah seperti itu?
Agar tak bingung lagi, yuk simak langsung penjelasan dari ahlinya!
Menurut Dr. dr. Bernie Endyarni Medise, SpA(K), MPH, dokter anak ahli tumbuh kembang bidang pediatri sosial di Brawijaya Klinik Kemang, meski terlihat seperti autis, kondisi dimana anak usia prasekolah sering melakukan screen time (menonton TV atau bermain gadget) itu tidak bisa disamakan dengan anak yang mengalami autisme.
"Kalau pada anak autisme, memang ada kontak mata yang kurang. Atau, bahkan biasanya kontak matanya menghindar, ya. Tidak mau melihat mata kita," jelas dr. Bernie dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id pada Minggu (12/12/2021).
"Sehingga, kadang-kadang sulit dibedakan (dengan anak yang terlalu banyak screen time). Kadang dianggap, 'Wah, ini kayak anak autis nih' Tetapi sebenarnya sih begitu," lanjutnya.
Moms harus tahu, pada anak usia prasekolah, screen time seperti TV dan gadget itu memang tetap harus dibatasi.
"Karena, untuk paparan TV, paparan screen time itu satu arah. Enggak ada ya tektokan, dua arahnya enggak ada," terang dr. Bernie.
dr. Bernie menyampaikan, apabila anak usia kecil terpapar screen time terlalu banyak, hal ini memang seringkali menyebabkan gangguan bahasa pada mereka.
"Misalnya, anaknya jadi seperti cuek. Kalau dipanggil enggak nengok. Kalau diajak berinteraksi enggak full gitu, ya. Tidak bisa engage dengan baik begitu," katanya.
Merujuk pada beberapa penelitian dan kasus yang pernah dr. Bernie temukan, anak usia prasekolah yang terpapar screen time lebih dari 4 jam per hari, kemungkinan terjadi gangguan berbahasanya 4% lebih tinggi.
Hal ini juga sering kali dikaitkan dengan gangguan-gangguan seperti 'autis'.
"Misalnya, anaknya dipanggil enggak nengok. Jadi, seperti tidak mengenal diri, namanya gitu, ya. Kemudian, kalau diajak interaksi, itu tidak fully engage ya," kata dr. Bernie.
"Jadi, orangtua sebaiknya stop dulu ya (memberikan screen time pada anak usia prasekolah)," sarannya.
Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Usia Prasekolah yang Susah Tidur, Dijamin Anak Tidur dengan Pulas
Menurut American Academy of Pediatrics, jelas dr. Bernie, memang kalau di bawah usia 18 bulan itu tidak boleh diperkenalkan screen time, kecuali untuk video call.
"Misalnya, mamanya kerja, papanya kerja, video call silakan," kata dr. Bernie.
"Memang kalau yang sekarang, tahun 2016 ke sini, disarankannya hanya 1 jam per hari, ya. Paling enggak, okelah 2 jam, tapi itu sudah maksimal, ya," terangnya.
Selain itu, hal terpenting yang harus orangtua ketahui adalah pendampingan.
"Jadi, kita tahu apa yang ditonton. Kadang anak-anaknya nonton, kita aja enggak tahu," kata dr. Bernie.
dr. Bernie juga menyebut kalau ada orangtua yang terkadang bangga kalau misalnya anak usia prasekolah bisa mencari video di YouTube sendiri.
"Ya iyalah, ya. Otak dia tuh seperti kertas putih, kemudian kita kasih pensil. Pensilnya mau disuruh gambar apa itu terserah, apa yang kita kasih," terangnya.
"Jadi, kalau kita kasihnya gadget, maka otak tadi kan sangat pesat ya untuk berkembangnya di awal kehidupan. Maka, dia akan cepat mempelajari tentang gadget-nya," lanjutnya.
Padahal, menurut dr. Bernie, seharusnya yang dipelajari anak usia prasekolah adalah berinteraksi dengan keluarganya.
Apabila orangtua bingung, dr. Bernie menyarankan untuk segera pergi ke tenaga kesehatan saja.
"Untuk memastikan apakah memang ini hanya sekadar efek TV terlalu banyak," ujar dr. Bernie.
"Sebenarnya, kalau efek TV terlalu banyak tidak menyebabkan autis, tetapi gejalanya saja mirip gitu, ya. Jadi, harus dipastikan dulu, ini memang gangguan perilaku atau bukan," tutupnya.
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR