Nakita.id.- Ada dua jenis kembar, yakni kembar satu telur (identik) atau m onozygotic, dan kembar beda telur (fraternal) atau d izygotic .
Kembar fratenal sering kali sejak awal memang secara penampakan fisik ada perbedaan, bahkan golongan darah juga berbeda.
Meski begitu, keluarga dekat tetap sering menyamakan benda benda yang dimiliki keduanya.
Namun hal ini tidak berlaku bagi Psikolog Nadia Hapsari, M.Psi, yang juga ibu putri kembar.
Nadia pribadi mengakui jarang membelikan mereka barang yang sama, karena memang pada dasarnya mereka berbeda, tentu yang disukai pun tak selalu sama.
BACA JUGA: Momen Lucu Anak Kembar Cynthia Lamusu Saat Bangun Tidur Curi Perhatian
Menurut Nadia, anak kembar sebetulnya sudah menyadari keberadaan kembarannya sejak lahir, walau mungkin mereka belum menunjukkannya.
Terlebih lagi saat kemampuan komunikasinya belum berkembang, maka bentuk kedekatan mereka muncul dengan cara lain.
Misalnya, mereka akan duduk berdampingan dan sibuk bermain sendiri. Kadang mereka akan melihat kesibukan saudaranya, atau malah menawarkan mainan.
Pun saat yang satu berjalan ke kamar lain, saudaranya akan mengikuti.
Sama halnya dengan anak lain, si kembar juga melewati fase bermain paralel. Fase ini merupakan saat penting bagi anak untuk mengenali diri dan orang lain, serta di mana anak akan menempatkan dirinya nanti dalam lingkungan.
Seiring anak tumbuh besar, pola bermain mereka akan berubah menjadi bermain kooperatif. Pada fase ini interaksi mereka lebih tampak, dan biasanya mulai terjadi pada usia 4 tahun.
Bermain tak lagi hanya memainkan barang, tetapi juga ragam permainan yang lebih kompleks, seperti bermain pura pura.
Boleh dibilang, titik peralihan dari kedua fase bermain ini adalah titik awal persahabatan sepanjang hidup si kembar.
BACA JUGA: Sedang Hamil dan Tetap Menyetir Mobil? Ini Rambu-rambunya, Moms!
Di sisi lain, salah satu isu besar dalam membesarkan anak kembar adalah kecenderungan kita untuk menyamakan semua hal untuk si kembar.
Saat mereka masih kecil memang terlihat lucu dan menggemaskan, tetapi jika sampai besar tetap demikian, anak akan kesulitan memunculkan identitas dirinya sendiri.
"Ya, meski kembar, tetap kita perlu melihat anak sebagai pribadi yang utuh, sehingga mereka bukanlah satu paket. Namun, anak kembar adalah pribadi berbeda yang punya keunikan sendiri," jelas Nadia.
Para peneliti memang tidak menyarankan anak kembar perlu dibuat mirip segala hal. Mereka tetap perlu dibedakan, agar membantu anak mengenali identitas dirinya.
Bukan sebagai si kembar saja, tetapi sebagai individu terpisah yang utuh. Ke depannya hal ini akan sangat membantu dalam pembentukan self concept si anak.
Sehingga anak tahu persis kelebihan dan kekurangan dirinya. Kita sebagai orang tua si kembar justru berperan besar dalam memunculkan perbedaan anak.
Ya anak kembar pasti punya banyak persamaan, tetapi kita juga perlu menghargai perbedaan mereka, mulai dari ciri fisik, karakter, hingga minatnya.
BACA JUGA: Ini 5 Makanan yang Sebaiknya Moms Hindari Jika Ingin Tidur Nyenyak
"Begitu pula saat menilai tumbuh kembang mereka, tak adil bila kita membandingkan keduanya sedemikian rupa.
Jadi, tetap perlakukan anak seperti dua individu yang berbeda, karena memang setiap anak adalah unik," sambung Nadia.
Di sisi lain, usahakan si kembar juga berinteraksi dengan anak lain. Walau mereka juga sering bermain bersama, berinteraksi dengan teman sekolah, sepupu, atau tetangga sebaya tetap perlu.
Ada banyak hal yang bisa membantu mereka mengasah keterampilan sosialnya,mulai dari berbagi, bergiliran, sampai bekerja sama.
Mereka juga akan mengenal karakter yang lebih beragam, dan lebih menantang sekaligus membuat anak belajar membina hubungan pertemanan dengan orang lain.
Memang banyak aspek yang perlu ekstra perhatian saat mengasuh anak kembar. Maka peran Moms dan Dads sama pentingnya demi membesarkan si kembar.
Berbagi peran dan tugas, tetapi juga tetap membangun ikatan dengan masing-masing anak adalah hal utama.
BACA JUGA: Rayakan Nyepi, Sosok Kinandari Anak Happy Salma Curi Perhatian
"Jangan lupa, kita juga harus menghargai perbedaan yang mereka utarakan, bukan melulu melihat persamaannya.
Bagaimanapun, mereka adalah individu yang berbeda. Kitalah yang membantu mereka menemukan jati dirinya," jelas Nadia.
Sehingga mereka nyaman dengan status kembarnya, tetapi juga mampu bertumbuh kembang dengan keunikan yang mereka miliki masing-masing. (*)
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR