Sebetulnya, Moms bisa mengenali risiko stunting sejak melakukan pengukuran berat dan panjang bayi baru lahir.
Menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), 11,7% bayi terlahir dengan gizi kurang.
Ciri-cirinya, panjang tubuh tidak sampai 48 cm dan berat badan di bawah 2,5 kg (berat badan lahir rendah/BBLR).
Kemudian, ada juga kondisi dimana bayi mengalami weight faltering yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya dan meningkatkan risiko stunting.
"Biasanya dapat diketahui ketika membawa anaknya ke ke posyandu dan dilakukan penimbangan berat badan," kata dr. Julia.
"Nanti akan ditemukan berat badan yang mengalami weight faltering atau penambahan berat badan yang seret (tersendat)," lanjutnya.
Dijelaskan bahwa, weight faltering adalah kenaikan berat badan yang tidak adekuat.
Dimana kenaikan berat badan anak terbilang rendah atau tidak naik sama sekali sehingga tidak mencapai standar ideal setiap bulannya.
"Orangtua harus berhati-hati bahwa kenaikan berat badan yang seret (weight faltering) akan menimbulkan dampak ke tinggi badannya di kemudian hari, sehingga menjadi stunting," kata dr Julia.
Menanggapi hal ini, dr. Julia menyarankan agar Moms dan Dads rutin membawa anak ke posyandu dan mengecek buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) supaya lebih tanggap.
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR