Nakita.id - Pembagian vaksin booster dari pemerintah memang sedang jadi perbincangan hangat akhir-akhir ini.
Pada 12 Januari 2022 Kemenkes sudah mendapatkan izin dari BPOM untuk menyuntikan vaksin booster pada masyarakat.
Ada 5 jenis kombinasi vaksin booster yang disetujui oleh BPOM.
Mereka adalah Vaksin CoronaVac, Vaksin AstraZeneca, Vaksin Pfizer, Vaksin Zifivax, dan Vaksin Moderna.
BPOM tentunya sudah menguji efektivitas beberapa jenis vaksin Covid-19 untuk booster.
Pengujian ini dilakukan untuk mengecek titer antibodi setelah vaksin booster diberikan.
Salah satu vaksin booster Homolog yang digunakan adalah Coronavac produksi Sinovac, dan Heterog mRNA yang diproduksi Moderna.
Tim peneliti dari Kementrian Kesehatan sudah melakukan riset terhadap orang-orang yang sudah divaksin lengkap dan belum pernah divaksin Covid-19 sama sekali.
Lalu bagaimana hasilnya?
Mengutip dari Kompas, Senior Manager Strategic Delivery Unit Kemenkes, Ririn Ramadhany menjelaskan bahwa pemberian vaksin heterolog dan homolog mampu meningkatkan titer antibodi seseorang.
"Kami menemukan bahwa booster homolog dan heterolog berhasil meningkatkan titer antibodi," ujar Ririn dalam webinar, Minggu (16/1/2022).
Pemberian booster heterolog, yaitu pemberian vaksin Moderna pada penerima vaksin primer Sinovac tampaknya dapat meningkatkan titer antibodi hingga 67 kali lipat.
Sedangkan, booster homolog yang diberikan kepada penerima vaksin primer dengan jenis yang sama yaitu vaksin Sinovac meningkatkan titer antibodi sebanyak 7-8 kali lipat saja.
Ririn mengatakan, penelitian ini juga dilakukan terhadap orang berusia di atas 60 tahun.
Dia menambahkan, baik vaksin booster Sinovac ataupun vaksin Moderna berhasil meningkatkan antibodi pada orang berusia di atas 60 tahun.
"Tidak ada perbedaan signifikan dari segi titer antibodi antara kelompok usia. Walaupun memang cenderung lebih rendah untuk kalangan lansia atau mereka yang berusia di atas 60 tahun," ungkapnya.
Di sisi lain, Kemenkes juga telah melakukan penelitian pada tingkat keamanan vaksin booster Sinovac dan vaksin Moderna.
Hasilnya adalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada orang yang diberikan vaksin dosis ketiga cenderung rendah atau bahkan tidak ada sama sekali.
Baca Juga: Ada 2 Daftar Kombinasi Baru Vaksin Booster dari BPOM yang Akan Disuntikkan ke Masyarakat, Apa Saja?
"Kami menemukan tidak ada reaksi merugikan yang signifikan bagi vaksin homolog maupun heterolog.
Untuk Sinovac, reaksi merugikan (KIPI) cenderung rendah. Biasanya mereka mengalami sakit di lokasi penyuntikan," katanya.
Kendati demikian, Ririn mengatakan bahwa titer antibodi tidak menjadi satu-satunya faktor yang menentukan tingkat perlindungan terhadap Covid-19.
"Titer antibodi di sini dalam hal ini tidak selalu secara serta merta mencerminkan imunitas tubuh manusia, ini hanyalah salah satu faktor saja," paparnya.
Hal senada juga diungkapkan Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional Kemenkes, Irene Lorinda Indalao.
Dia mengungkapkan, bahwa titer antibodi tidak selalu mencerminkan imunitas tubuh manusia.
"Walaupun ada penurunan titer, tidak berarti bahwa imunitas setelah vaksin tidak semakin baik," tutur Irene.
Dia menambahkan, karena keterbatasan penelitian, pihaknya belum mengevaluasi respons T sel, maupun mengevaluasi status infeksi lanjutan dari peserta penelitian.
"Tetapi nanti di studi-studi mendatang, ini akan menjadi menarik untuk dievaluasi," pungkasnya.
Baca Juga: Ini Cara Mendapatkan Tiket Vaksin Booster Jika Belum Muncul Pada Aplikasi PeduliLindungi
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR