Di situlah peran suami dibutuhkan supaya bisa menjadi komunikator.
"Kalau memang kebetulan tinggalnya bareng dengan keluarga suami, mungkin sering ada yang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungan sekitar, nah suami harus bisa berfungsi sebagai komunikator antara istri, dan keluarganya," jelas Marcelina.
Dengan begitu, bisa mencegah istri agar tidak mudah tertekan ataupun stres.
"Jadi, menahan tekanan juga yang dirasakan oleh istrinya, karena kalau lagi hamil kan tidak boleh stres. Kalau stres kan dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan janin, dan juga ibu hamilnya sendiri," ucap Marcelina.
3. Cari Teman Berbicara untuk Istri
Apabila istri masih terus merasa cemas, tak ada salahnya juga Dads mencarikan teman yang bisa mengajak istri berdiskusi.
Misalnya, sahabat ataupun kerabat. Siapa tahu, berdiskusi dengan orang lain bisa membuat istri mendapatkan masukan dan bisa mengetasi rasa cemasnya tersebut.
"Kalau istri masih terus merasakan cemas, suami juga boleh mencarikan teman berbicara untuk istri. Terkadang istri bingung cerita terus di rumah, tapi tidak ada penyelesaian, tidak ada masukan juga," ujar Marcelina.
4. Mengambil Keputusan yang Tepat
Menurut Lenny N. Rosalin, SE, .Sc., M.Fin, Deputi Bidang Kesetaraan Gender, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), apabila disangkutpautkan dengan kesetaraan gender, maka peran suami juga sangat penting dalam proses persalinan.
Melebarkan Sayap Hingga Mancanegara, Natasha Rizky Gelar Exhibition Perdana di Jepang
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR