Karena, masih banyak juga suami yang enggak paham bahwa seorang ibu juga bisa mengalami kondisi stres.
Sering kali mereka beranggapan bahwa tugas pengasuhan memang dilakukan oleh ibu.
Oleh karena itu, Rohika juga menekankan bahwa suami harus paham konsep kesetaraan gender dalam keluarga.
"Suami yang meman selalu membangun konsep kesetaraan, enggak mungkin istrinya kesehatan mentalnya buruk," katanya.
Namun, tidak menutup kemungkinan ada juga beberapa kondisi tak diinginkan yang terjadi.
Ada banyak hal-hal yang memicu terganggunya kesehatan mental seseorang.
Semua itu tak bisa diprediksi dan di luar kehendak kita.
"Ketika sudah mempunyai konsep pernikahan yang bagus dan kesetaraan yang cukup dibangun dalam keluarga, tapi ternyata ada suatu hal di luar kontrol suami," kata Rohika.
"Misalnya, pasangannya mengalami masalah pada kesehatan mental, tentu (suami) harus memberi perhatian lebih," lanjutnya.
Rohika menyarankan agar masalah kesehatan mental ini bisa segera diatasi.
Misalnya, dengan dukungan keluarga, bantuan profesional, dan layanan layanan yang disediakan oleh pemerintah.
Sebab, apabila dibiarkan berlarut-larut bisa mempengaruhi kesehatan mental anak.
"Karena anak yang dibesarkan dengan orang tua yang memiliki kesehatan mental baik, tentunya akan lebih baik," kata Rohika.
"Oleh karena itu, butuh sekali suami yang memang mau berempati dengan situasi seperti itu, demi tumbuh kembang anaknya," tutupnya.
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR