Nakita.id - Isu kesehatan mental ibu semakin menjadi perhatian masyarakat baru-baru ini.
Apalagi semakin kesini, banyak bermunculan kasus-kasus ibu yang menganiaya anaknya karena diduga depresi.
Seperti diketahui, belum lama ini, seorang ibu berinisial KU (35 tahun) di Dukuh Sokawera, Desa Tonjong, Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes dikabarkan menganiaya tiga anaknya dengan senjata tajam.
Pada Minggu (20/3/2022) pagi sekitar pukul 04.00 WIB, KU menganiaya tiga anak kandungnya.
Akibat perbuatan tersebut, anak kedua berinisial ARK (7) tewas di tempat dengan luka di bagian leher.
Sementara, kedua anaknya yang lain mengalami luka-luka dan segera dilarikan ke rumah sakit.
Saat ini, KU tengah menjalani pemeriksaan kejiwaan di RSUD dr Soeselo Slawi karena ada dugaan gangguan kejiwaan.
Diduga sang ibu mengalami depresi berat karena tekanan ekonomi dan masalah rumah tangga yang dihadapinya.
Nah Moms, sebetulnya apa itu depresi dan seberapa bahayanya kondisi ini?
Menurut American Psychiatric Association (2020), depresi adalah gangguan mood atau suasana hati berupa rasa sedih dan putus asa yang intens dan konsisten.
Penderita juga sering kali kehilangan minat dan rasa senang ketika melakukan hal-hal yang dulunya mereka sukai.
Gangguan suasana hati karena depresi biasanya berlangsung selama lebih dari 2 minggu.
Kasandra Putranto, seorang Psikolog Klinis dan Forensik, menjelaskan seperti apa ciri-ciri seorang ibu yang mengalami depresi.
"Sosok ibu yang mengalami depresi cenderung tidak terlibat secara positif dengan anak-anak mereka," katanya dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Selasa (22/3/2022).
"Bahkan, mungkin mengalami kesulitan dalam mengatur kesejahteraan anak, seperti lupa mengatur pemeriksaan dokter dan tidak bisa melindungi anak di rumah," lanjutnya.
Lebih lanjut, Kasandra menjelaskan ibu yang depresi cenderung kurang konsisten dalam mengasuh anak mereka.
Hal ini akhirnya dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, sosial, dan fisik anak. Dalam banyak kasus, depresi pada ibu dapat memicu apa yang disebut sebagai 'lingkaran setan'.
Kasandra menjelaskan, apabila depresi dibiarkan berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan bisa membentuk 'lingkaran setan'.
"Ketika ibu yang depresi tidak merespon dengan baik kepada anak-anak mereka, anak-anak cenderung tidak merespons ibu dengan baik," kata Kasandra.
"Karena kondisi depresinya, membuat seorang ibu tidak mampu memberikan perawatan yang adekuat bagi anak," lanjutnya.
Lebih lanjut, Kassandra memberi saran bagaimana cara mencegah depresi pada ibu.
"Mencegah depresi pada ibu adalah pekerjaan kompleks yang akan membutuhkan keterlibatan program, pemimpin masyarakat, pembuat kebijakan, legislator, keluarga bahkan peneliti di suatu daerah," katanya.
Kassandra memaparkan sejumlah strategi untuk mencegah depresi pada ibu, yaitu:
- Skrining awal dan tindak lanjut untuk Perempuan terutama (calon istri dan calon ibu), biasanya dalam praktik obgyn atau pediatrik.
- Intervensi yang ditargetkan untuk mengurangi depresi ibu dan meningkatkan pelatihan pengasuhan untuk program anak usia dini seperti kunjungan rumah dan program awal yang dapat diikuti dan diakses dengan mudah oleh masyarakat.
- Mempromosikan kesadaran tentang dampak depresi pada ibu dan apa yang harus dilakukan untuk masyarakat umum demi terwujudnya kesejahteraan mental bagi calon atau yang sudah menjadi Ibu.
Untuk mengetahui ciri-ciri seorang ibu yang terkena depresi, cek halaman 2. (*)
Bantu Kurangi Tanda Penuaan Dini, Collagena Hadir Penuhi Kebutuhan Kolagen Sebagai Kunci Awet Muda
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR