Pengalaman-pengalaman buruk tersebut lah yang membuat ibu menghindari proses pemberian ASI kepada anaknya.
"Nah, itu kan bisa jadi pengalaman yang kurang menyenangkan sehingga membuat dia (ibu) menghindari proses mengasihi. Jadi, dia bisa merasa ‘Aduh aku trauma’ gitu mungkin, bisa juga karena digigitin putting payudaranya sampai lecet, berdarah berkali-kali sampai pada akhirnya udah tidak sanggup lagi," sambung Mutia.
Hal tersebut tentu saja tidak semua ibu merasakannya.
Sehingga ketika ada seorang Moms yang tidak mau memberikan ASI kepada anaknya jangan langsung dihakimi.
"Itu merupakan hal-hal yang tidak semua orang rasakan, cuma ibu-ibu tertentu saja yang merasakan. Jadi, sebaiknya kita sebagai orang luar tidak langsung judge, apalagi kita sampai bilang ‘kayanya ada suatu masalah deh sama dia, masa anaknya tidak dikasih ASI’. Orang luar tentu tidak akan 100% mengerti kondisi ibu, jadi yaudah didukung aja ibunya tidak perlu dijudge,"
tegas Mutia.
Baca Juga: Jangan Langsung Ganti Susu, Ternyata Ini Penyebab Feses Berwarna Hijau Setelah Minum Susu Formula
Cara Mengatasi Trauma Menyusui
Nah, ketika Moms trauma karena pernah mengalami hal buruk ketika menyusui maka penting sekali untuk berkonsultasi ke ahli.
Trauma setiap ibu pun pasti berbeda-beda dan cara penyelesaiannya pun beda.
Jika sudah berkonsultasi, biasanya ahli akan menyarankan supaya Moms tidak takut mencoba lagi proses menyusui.
"Bisa konsultasi ke ahlinya, bisa ke psikolog, atau psikiater karena kan biasanya akar dari traumanya beda-beda, dan cara untuk menyelesaikannya juga akan beda-beda. Misalnya, di satu ibu dia kurang suka apabila harus menyusui karena sering mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan, dan posisinya dia menjadi ibu rumah tangga mungkin posisinya akan lebih mudah untuk mencoba lagi, mencoba lagi supaya dia lebih mudah menjalani proses menyusui di kemudian hari," ungkap Mutia.
Akan tetapi, proses belajar berkali-kali untuk menyusui sendiri akan sulit bagi ibu yang pekerja.
"Tapi kalau misalnya, ibunya adalah pekerja yang cukup sibuk kan waktu untuk mencoba lagi, mencoba lagi menyusuinya ini tidak akan sebanyak para ibu rumah tangga. Harus sedikit dimodifikasi intervensinya supaya ibu bisa menyusui dengan perasaan yang lebih senang dengan waktu yang terbatas karena ia harus bekerja," ujar Mutia.
Selain psikolog, Moms juga bisa mendatangi konselor laktasi untuk mendapatkan solusi yang tepat.
"Tentunya ini semuanya harus dikonsultasikan ke psikolog, ke psikiater, dan mungkin juga dibantu dengan konselor laktasi," tutup Mutia.
Baca Juga: Jangan Langsung Panik, Begini Cara Mengatasi Anak yang Alergi Susu Formula
GIV Gelar Kompetisi 'The Beauty of GIVing' Guna Dukung Perjalanan Inspiratif Womenpreneur Indonesia
Penulis | : | Shinta Dwi Ayu |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR