Nakita.id - Seolah ingin menjadi seperti Rara Isti Wulandari pawang hujan MotoGP Mandalika yang mendunia, seorang wanita dan anak laki-lakinya rela melakukan ritual mengerikan.
Imbasnya nyawa keduanya malah melayang.
Seperti yang kita ketahui, Rara Isti Wulandari adalah wanita asal Bali yang diminta pihak panitia MotoGP Mandalika untuk mengendalikan cuaca.
Pasalnya sekarang ini Indonesia sering dilanda cuaca ekstrem seperti hujan lebat dan angin kencang.
Kemampuan Rara Isti Wulandari sebagai pawang hujan dibutuhkan disini.
Nah, karena kekuatannya, Rara akhirnya mendunia dan dipuji oleh banyak orang asing karena bisa mengendalikan hujan saat akan balapan.
Niat tiru pawang hujan MotoGP, seorang ibu di Tuban meregang nyawa bersama anaknya.
Mengutip dari kanal Youtube iNews Official, seorang ibu dan anak bernama Marsih (66) dan Mariyanto (45) mencoba melakukan aksi yang sama seperti Rara.
Aksi ibu dan anak dalam rangka ritual tolak hujan ini dilakukan di kolam mata air keramat peninggalan Empu Supo Tuban, Jawa Timur.
Saat itu, Marsih ingin agar panen padinya itu berjalan lancar tak terhalang hujan.
Mendengar desas-desus kalau kolam mata air Empu Supo 'sakti', ibu dan anak itu pun menggelar ritual tolak hujan di sana.
Pada Selasa (22/03) pukul 07.00 WIB, Mariyem, tetangga korban, mengatakan awalnya dia mendengar teriakan minta tolong.
Ternyata suara itu dari kolam di pemandian Empu Supo, Tuban.
Mariyem lantas meminta saksi lainnya, Sumari yang merupakan tukang bersih-bersih untuk mengecek.
Sesampainya di lokasi, keduanya dikejutkan dengan adanya dua orang meninggal dunia dalam posisi terlentang menghadap barat.
"Yang anak posisinya di bawah, kedua tangannya memegang tangan ibunya. Korban bernama Marsih juga diketahui masih sering menjalani ritual di situ," ujarnya.
Kapolsek Grabagan, AKP Darwanto menjelaskan kronologi bermula saat Marsih, terlebih dulu menggelar ritual tolak hujan dengan cara bakar sesajen.
Sementara, sang anak, Mariyanto menunggu di dekat gerbang.
"Ritual ibarat nyekar dulu lah, terus membakar sesajen. Disitu kan ada pemandian yang mengandung belerang" ucap Kapolsek Grabagan, AKP Darwanto.
Ketika sang ibu tak kunjung muncul, anak pun sempat mencari ke lokasi kolam ritual, namun, sang ibu rupanya sudah terkapar.
Berniat bantu, nahasnya anak korban menghirup gas belerang di kolam tersebut. Sehingga, anak korban pun ikutan tewas di samping ibunya.
"Ditunggu anaknya gak dateng-dateng. Akhirnya anak nyusul. Tahu ibunya begitu, anaknya menolong. Karena menghirup gas belerang yang menyengat akhirnya korban dua-duanya meninggal," papar Darwanto.
Keduanya meninggal pada Selasa (09/03) sekitar pukul 07.00 WIB.
Sementara itu, korban yang merupakan warga Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan, diketahui memang kerap menjalani ritual di lokasi itu. Pada saat sebelum ditemukan tewas, korban diketahui sedang menjalani ritual masa panen.
Semula, hanya korban Marsih yang berada di lokasi yang berjarak sekitar 500 meter dari permukiman warga itu.
Namun, karena tak kunjung pulang, Mariyanto yang merupakan anaknya berangkat menuju lokasi itu untuk mencari keberadaan ibunya. Tiba di lokasi, diperkirakan Mariyanto kaget melihat ibunya tergeletak dan tidak sadarkan diri, sehingga, dengan spontan ia berusaha menolong ibunya.
"Tetapi, karena bau belerang di lokasi sangat menyengat, akhirnya keduanya pun meninggal," jelas Darwanto.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Penulis | : | Aullia Rachma Puteri |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR