dr. Anisa menjelaskan bahwa banyak dokter anak yang sering banget bilang ke para ibu untuk selalu mengutamakan protein hewani.
"Sebagai contoh, pemenuhan makan satu kali itu dengan daging sapi misalnya seukuran satu mulut anak. Sedangkan, kalau pakai protein nabati kaya tahu, tempe gitu harus tiga kali lipatnya gitu," ungkap dr. Anisa.
"Jadi, sebenarnya bukan tidak boleh. Karena, memang secara banyak proteinnya, secara berat proteinnya, itu memerlukan protein nabati yang lebih banyak daripada yang hewani," jelasnya.
Di sisi lain, dr. Anisa juga menjelaskan bahwa tidak semua lambung pada anak itu cukup untuk mendapatkan makanan yang berjumlah banyak.
"Kan ada juga anak yang small eater," ucapnya.
"Tapi kalau ternyata anaknya ternyata banyak sekali alergi, tetap kita harus kasih protein. Bisa dengan protein nabati, cuma jumlahnya lebih banyak," sarannya.
dr. Anisa pun memberi satu contoh kasus di India, dimana rata-rata menu MPASI yang ada jarang menggunakan ikan, daging, ataupun telur.
"Mereka banyaknya pakai berbagai jenis kacang-kacangan, lentil, dan lain-lain gitu lo," ungkap dr. Anisa.
Jadi, Moms sebenarnya boleh-boleh saja memberikan protein nabati sebagai MPASI anak.
Hanya saja, jumlah harus lebih banyak dibandingkan dengan yang protein hewani.
"Dan penyerapannya juga sedikit lebih sulit lah, dibandingkan yang hewani," kata dr. Anisa.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR