Nakita.id - Moms wajib tahu, kebutuhan nutrisi anak harus terus dipenuhi setiap harinya.
Terlebih, saat anak telah mencapai usia 6 bulan.
Kenapa? Karena di usia tersebut, pemenuhan gizi dari ASI saja tidak cukup, Moms.
Sehingga, anak membutuhkan asupan tambahan dari MPASI (makanan pendamping ASI).
MPASI sendiri diharapkan bisa membuat tumbuh kembang anak tetap berjalan secara optimal, juga untuk mencegah terjadinya stunting.
Salah satu pemenuhan nutrisi yang wajib diberikan adalah protein, baik hewani maupun nabati.
Tentu Moms sering mendengar kalau anak diharapkan bisa mengonsumsi protein hewani agar asupan hariannya terpenuhi.
Akan tetapi, mungkin anak tidak senang mengonsumsi daging maupun ikan, atau bahkan alergi telur, sehingga memilih protein nabati sebagai opsi lain.
Lalu, bolehkah memberikan protein nabati ke dalam MPASI anak?
Baca Juga: Supaya Tidak Berlebihan, Ternyata Ini Takaran Susu Formula Anak yang Sudah Mulai MPASI
Menurut dr. Anisa Setiorini, Sp.A, dokter spesialis anak di RS EMC Sentul, memberikan protein nabati ke dalam MPASI anak sebetulnya boleh-boleh saja, Moms.
"Sebetulnya, kita bukan anti dengan prohe (protein hewani) ya," kata dr. Anisa dalam acara Referenata #FamilyFriday: Tantangan Memenuhi Gizi Ideal Bagi Anak pada Jumat pagi (25/3/2022).
dr. Anisa menjelaskan bahwa banyak dokter anak yang sering banget bilang ke para ibu untuk selalu mengutamakan protein hewani.
"Sebagai contoh, pemenuhan makan satu kali itu dengan daging sapi misalnya seukuran satu mulut anak. Sedangkan, kalau pakai protein nabati kaya tahu, tempe gitu harus tiga kali lipatnya gitu," ungkap dr. Anisa.
"Jadi, sebenarnya bukan tidak boleh. Karena, memang secara banyak proteinnya, secara berat proteinnya, itu memerlukan protein nabati yang lebih banyak daripada yang hewani," jelasnya.
Di sisi lain, dr. Anisa juga menjelaskan bahwa tidak semua lambung pada anak itu cukup untuk mendapatkan makanan yang berjumlah banyak.
"Kan ada juga anak yang small eater," ucapnya.
"Tapi kalau ternyata anaknya ternyata banyak sekali alergi, tetap kita harus kasih protein. Bisa dengan protein nabati, cuma jumlahnya lebih banyak," sarannya.
dr. Anisa pun memberi satu contoh kasus di India, dimana rata-rata menu MPASI yang ada jarang menggunakan ikan, daging, ataupun telur.
"Mereka banyaknya pakai berbagai jenis kacang-kacangan, lentil, dan lain-lain gitu lo," ungkap dr. Anisa.
Jadi, Moms sebenarnya boleh-boleh saja memberikan protein nabati sebagai MPASI anak.
Hanya saja, jumlah harus lebih banyak dibandingkan dengan yang protein hewani.
"Dan penyerapannya juga sedikit lebih sulit lah, dibandingkan yang hewani," kata dr. Anisa.
Terakhir, dr. Anisa juga menyampaikan pada para Moms untuk tetap memberikan protein, khususnya protein hewani, secara rutin, berkala, dan bervariasi.
"Yang penting, kita tetap mengajarkan dan tetap memberikan anak konsistensi semakin lama semakin nambah gitu," saran dr. Anisa.
"Dari yang lembek, halus, bubur, tim, kasar, terus makanan keluarga. Itu tetap kita ajarkan, tetap kita paparkan," lanjutnya.
Menurut dr. Anisa, perihal anak-anak tidak mau makan protein hewani itu preferensi mereka.
Sehingga, sebagai orangtua, kita tidak boleh memaksa dan tetap berikan secara pelan-pelan.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR