Kondisi ini berarti janin mengalami hipoksia atau kekurangan asupan oksigen.
BACA JUGA: Jutaan, Ini Harga Item Fesyen Elea Putri Ketiga Ussy Sulistiawati
Pada kondisi ini, jumlah denyut jantungnya akan berada di bawah atau di atas ambang normal, yaitu di bawah 120 dpm (denyut per menit) atau di atas 160 dpm.
Bila tak segera ditangani, kondisi tersebut berpotensi membuat kesehatan janin menurun, bahkan bisa menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
“Gejala awal yang bisa diwaspadai mengenai hal ini adalah gerakan janin yang semakin berkurang atau malah tak ada gerakan sama sekali.” Itulah mengapa, menurut Roy saat diwawancara Nakita, saat masuk trimester 2 akhir, Moms harus rajin memantau gerakan janin.
Memantau gerakan janin bisa dimulai dari pukul 9 pagi hingga 9 malam.
BACA JUGA: Biasa Tampil Anggun, Raline Shah Bisa Buat Rumah dan Angkat 3 Batako!
Sepanjang rentang waktu itu Moms mendapati janin sudah bergerak lebih dari 10 kali, itu sudah cukup.
Tapi bila kurang dari itu, patut waspada terhadap kondisinya dan segeralah bergegas ke dokter.
“Dokter akan segera mengambil tindakan pertama berupa USG untuk melihat kondisi janin, seperti: kualitas plasenta dan jumlah air ketuban.” Papar Roy.
Bila kondisi janin dinyatakan kurang bagus, dokter akan melanjutkan dengan pemeriksaan CTG (cardiotocography) untuk melihat aktivitas jantung janin dan kontraksi rahim.
BACA JUGA: Jessica Iskandar Unggah Foto Mesra Dengan Lelaki, Banyak yang Bilang Mirip Olga!
Dari sana, barulah akan terpantau apakah janin mengalami hipoksia atau tidak.
Perempuan Inovasi 2024 Demo Day, Dorong Perempuan Aktif dalam Kegiatan Ekonomi Digital dan Industri Teknologi
Source | : | tabloid nakita |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR