Mereka juga belum tentu memahami apa tantangan yang dialami para ibu.
Seorang dokter Richard A. Honaker menyatakan bahwa "mom-shaming" bisa menimbulkan reaksi kimia abnormal dalam otak.
Hasilnya, Moms bisa menjadi tidak percaya diri hingga depresi.
Bagi Moms mengalami mom shaming penting untuk memiliki kemampuan memanajemen emosi dan stres.
Apabila mom-shaming datang dari keluarga atau lingkungan pertemanan, Moms bisa coba merespon dengan tenang serta memilah komentar yang menurut Moms sejalan dan bisa membantu dari sudut pandang yang Moms alami.
Jika mom shaming datang dari orang tak dikenal, maka Moms tidak memiliki kewajiban untuk mendengarkan.
Sementara bila mom shaming yang Moms alami terjadi di dunia maya, maka Moms memegang kendali penuh untuk tidak menggubrisnya.
Komentar apapun yang Moms terima dan sifatnya tidak membangun tak perlu dihiraukan.
Percayalah bahwa apa yang Moms lakukan adalah yang terbaik untuk Si Kecil dan juga diri sendiri.
Pilihlah lingkungan yang membuat Moms berkembang lebih baik, bukan malah menjadi sedih atau tertekan.
Libatkan pula suami dalam proses pengasuhan dan sebagai tempat untuk berbagi cerita.
Jika mulai merasa tak sanggup menghadapi mom shaming, Moms bisa mencari bantuan kepada ahlinya seperti psikolog dan lembaga konseling.
Bagaimana dampak mom shaming yang diterima ibu terus-menerus dapat menyebabkan depresi? Cek jawabannya di halaman 3 (*).
Penulis | : | Nita Febriani |
Editor | : | Nita Febriani |
KOMENTAR