Nakita.id - Kesehatan mental seorang ibu menjadi salah satu persoalan yang tak boleh diabaikan.
Seperti yang kita tahu, seorang ibu memiliki peran besar dalam keluarga, terutama dalam mengasuh anak.
Tak jarang dalam proses tersebut, ibu mengalami stres dan kecemasan berlebih yang apabila tidak segera diatasi bisa memicu masalah kesehatan mental seperti depresi.
Mengutip dari laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, kesehatan mental seorang ibu menjadi krusial dalam pengasuhan, tumbuh kembang anak, dan perannya menjalankan tugas sehari-hari.
Namun sayangnya, kesehatan mental ini terkadang masih sering disepelekan, baik oleh pasangan, keluarga, lingkungan, dan bahkan oleh ibu itu sendiri.
Ayoe Soetomo, M.Psi., Psikolog, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga dari TigaGenerasi menjelaskan menjelaskan, hal tersebut karena kurangnya edukasi mengenai masalah kesehatan mental itu sendiri.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, apa perbedaan antara stres, kecemasan, dan depresi.
Yuk, simak penjelasan selengkapnya, Moms!
Ayoe menjelaskan bahwa, stres, kecemasan, dan depresi adalah hal yang berbeda.
"Stres adalah respon tubuh terhadap satu kondisi yang penuh tekanan," kata Ayoe dalam wawancara eksklusif bersama Nakita.id, Selasa (22/3/2022).
"Stres bisa berasal dari lingkungan eksternal atau dari dalam hidup ibu itu sendiri," lanjutnya.
Disimpulkan bahwa, seorang ibu bisa mengalami stres yang dipicu oleh permasalahan di dalam keluarganya maupun dari lingkungan sekitarnya seperti hubungan antar teman, tetangga, atau rekan kerja.
Lebih lanjut, Ayoe menjelaskan bahwa kondisi stres ini akan memicu kecemasan berlebih.
"Kecemasan merupakan suatu kondisi psikologis individu dimana di dalamnya ada beebrapa karakteristik perasaan seperti gelisah, khawatir, takut," kata Ayoe.
"Sebetulnya (stres dan kecemasan) ini adalah hal yang wajar sepanjang tidak mengganggu produktivitas individu tersebut," lanjutnya.
Ayoe bahkan memaparkan, ada stres yang bersifat positif untuk seseorang.
"Di kondisi-kondisi tertentu stres dalam jumlah yang tepat, malah justru bisa menjadi pendukung produktivitas, kita sebutnya yaitu eustress," katanya.
"Eustress merupakan salah satu bentuk stres dengan takaran yang tepat sehingga membuat individu semakin menjadi produktif dan berfungsi dengan baik," kata Ayoe.
Misalnya, merasa stres dan cemas karena tantangan sehari-hari dalam mengasuh anak, bisa mendorong seorang ibu supaya lebih banyak belajar.
Sebaliknya, Ayoe juga memaparkan ada jenis stres yang bisa membawa dampak buruk bagi seseorang.
"Sementara itu, ada kondisi stres yang justru bermanfaat buruk bagi individu yang kita sebut sebagai distresss," jelas Ayoe.
"Distress itu secara jumlah dan takaran serta intensitas sudah sedemikian berat tidak mampu kita kelola dengan baik, sehingga bisa membuat kita menjadi tidak produktif," lanjutnya.
Salah satu contoh distress adalah ketika terjadi cobaan atau tantangan dalam hidup, kita tidak dapat mengatasinya, sehingga terus merasa tertekan dan terpuruk.
Ayoe menjelaskan, apabila stres dan kecemasan tidak dapat dikelola dengan baik maka tidak menutup kemungkinan bisa terjadi depresi.
"Depresi merupakan salah satu bentuk episode gangguan suasana hati atau mood, dimana perilaku individu ini lebih didominasi dengan perasaan tertekan atau depressed," kata Ayoe.
Ia menyarankan supaya depresi dapat segera ditangani dengan bantuan profesional seperti psikolog dan psikiater.
Lupa seperti apa perbedaan antara stres, kecemasan, dan depresi? Cek halaman 2 untuk mengetahui jawabannya. (*)
Penulis | : | Kintan Nabila |
Editor | : | Ratnaningtyas Winahyu |
KOMENTAR